Bantah Anti Vaksin, Muhammadiyah Kampar Beberkan Kejadian Pemicu Spanduk 'Kapolres Kampar Kasar dan Arogan'
Spanduk yang beredar di grup WhatsApp, menyebut Kapolres Kampar kasar dan arogan. Spanduk tersebut kini sudah dilepas.
RIAU1.COM -Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Kabupaten Kampar, Riau Almi Zarlis menanggapi terkait munculnya spanduk yang meminta Kapolres Kampar AKBP Rido Purba dicopot karena dinilai bersikap kasar dan arogan kepada masyarakat. Ia menegaskan bahwa spanduk itu bukan dari kelompok yang anti vaksin, seperti yang dilontarkan Kapolres.
Itu diungkapkannya menanggapi statemen AKBP Rido Purba, yang mengatakan bahwa spanduk yang viral tentang Kapolres itu muncul dari orang-orang yang anti dengan vaksinasi. Kata Almi Zarlis, Muhammadiyah sejak awal berkomitmen untuk percepatan vaksinasi, bahkan SD Muhammadiyah Bangkinang menjadi tempat lounching pertama di Kabupaten Kampar.
"Kami (Muhammadiyah) tidak pernah menentang vaksin, jadi jangan dibelokkan. Kapolres berkomentar, kita komunitas anti vaksin. Kita dari pertama Covid sudah komitmen, kita menggalakkan vaksin. Cuma permasalahannya di sini adalah karena arogansi dari Kapolres saja," kata Almi Zarlis saat dihubungi Riau1.com (Riau24 media grup) pada Selasa 15 Februari 2022 sore.
Ia pun menceritakan, permasalahan bermula saat digelarnya acara sosialisasi penanganan Covid-19 dan percepatan vaksinasi di kantor Camat Kampar, dihadiri guru-guru, aparatur desa dan dinas Pemda Kampar beberapa waktu lalu. Termasuk salah seorang yang hadir ketika itu Kepsek SD Muhammadiyah Batu Belah, Herman Hidayat.
"Dia (Kapolres Kampar) datang setelah acara selesai. Saat itu sudah ke luar semua tapi diminta masuk lagi ke aula. Orang-orang lalu dikumpulkan di aula dan diperiksa aplikasi PeduliLindungi satu persatu," sebut Almi. Cerita ini, diakuinya diperoleh Almi dari Herman Hidayat yang juga ada di dalam ruangan saat itu.
"Kemudian semua pintu ditutup, wartawan ke luar semua. Kemudian Bhabinkamtibmas disuruh periksa semua aplikasi PeduliLindungi. Saat ktu ada Kepsek, Kades, perangkat desa, ada orang kesehatan juga. Saat itu dapat 20 orang yang belum vaksin kemudian di bariskan di depan. Nah saat itu kemudian dikata-katai," lanjut dia menceritakan.
Kata-kata dan sikap Kapolres itulah yang kemudian berbuntut panjang. Meski Herman Hidayat tidak termasuk orang yang belum vaksin saat itu, namun kejadian yang disaksikannya membuat Herman akhirnya memosting kritikannya di akun Facebooknya, beberapa hari kemudian.
"Bang Herman karena tidak tahan, dua hari kemudian bikin status Facebook. Karena status itu dia dipanggil oleh polisi, tanpa surat pemanggilan. Pertama didatangi ke rumah, karena tidak ada kemudian didatangi ke sekolah. Saat itu lagi ada rapat dan dihentikan rapat lalu sempat ditanya-tanya," lanjut Almi.
Singkat cerita, Herman Hidayat dibawa ke Polres Kampar untuk dimintai keterangannya. "Diperiksa di Polres sampai tengah malam. Kemudian diminta surat pernyataan maaf, video permintaan maaf, itu dibuatkan. Baru boleh pulang. Akhirnya selesai bikin pernyataan baru pulang (Menjelang tengah malam, red)," tandasnya.
Berlatar belakang rentetan permasalahan itulah, kemudian muncul beberapa spanduk meminta Kapolres Kampar, AKBP Rido Purba dicopot dari jabatannya karena dinilai arogan dan kasar. Spanduk protes tersebut kemudian viral dan fotonya banyak beredar di grup WhatsApp.
Kini spanduk tersebut sudah dilepas. Bahkan Kapolda Riau Irjen Pol Mohammad Iqbal datang langsung ke Kantor Pengurus Wilayah (PW) Muhammadiyah Riau di Kota Pekanbaru pada Selasa siang, untuk menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat Kabupaten Kampar serta warga Muhammadiyah.
Diberitakan sebelumnya, Kapolres Kampar AKBP Rido Purba menyebut, munculnya spanduk itu dari orang-orang yang anti vaksin di sana. "Itu orang yang anti vaksin. Kata kasar dan arogan itu perspektif. Saya sebagai Kapolres harus tegas dalam menegakkan aturan. Saya dan jajaran juga didukung oleh semua elemen di Kabupaten Kampar," ujarnya dikonfirmasi Selasa siang.
Kapolres Kampar meyakinkan bahwa siapapun yang memasangnya, itu masih rangkaian penolakan vaksinasi di sana. "Kebetulan saya adalah motor untuk percepatan vaksinasi. Jadi arogan beda dengan tegas. Kalau soal suara saya yang besar dan wajah yang serius, itu bawaan lahir," ujarnya.