![Presiden Kolombia Gustavo Petro/Reuters](https://www.riau1.com/assets/2025/02/10/1739177007-presiden-minta-semua-menteri-dan-pejabat-tinggi-resign.jpg)
Presiden Kolombia Gustavo Petro/Reuters
RIAU1.COM - Presiden Kolombia Gustavo Petro pada Minggu (9/2/2025) meminta seluruh menteri dan pejabat tinggi pemerintahannya untuk mengundurkan diri.
Langkah ini diambil setelah ketegangan dalam pemerintahan meningkat pesat, menyusul kritik pedas yang dilontarkan Petro terhadap kinerja kabinetnya dalam siaran langsung televisi negara beberapa hari sebelumnya.
"Saya telah meminta pengunduran diri para menteri dan direktur departemen administrasi," tulisnya di X. "Akan ada beberapa perubahan dalam kabinet untuk mencapai kepatuhan yang lebih besar terhadap program yang diperintahkan oleh rakyat."
CNBC Indonesia melansir AFP, pada Minggu malam, tiga menteri dan dua pejabat tinggi telah mengundurkan diri sejak pertemuan kabinet yang penuh ketegangan pada Selasa. Dalam pertemuan tersebut, Petro memberikan teguran publik selama lima jam di televisi negara, menyatakan bahwa pemerintahannya telah gagal memenuhi target dan kinerjanya di bawah standar.
Dia secara khusus menuding sejumlah pejabat, termasuk menteri perdagangan, pendidikan, dan kesehatan, karena dianggap lambat dalam menyelesaikan proyek-proyek penting.
Tak lama setelah pengumuman Petro, Menteri Tenaga Kerja Gloria Ramírez mengumumkan pengunduran dirinya melalui platform X.
"Politik harus berjalan tanpa sektarianisme dan tanpa ambiguitas," tulis Ramírez dalam pernyataannya. Sebelumnya, Menteri Lingkungan Hidup Susana Muhamad juga telah mengundurkan diri, menjadi menteri kedua yang mundur dalam seminggu setelah pertemuan tersebut.
Muhamad, yang memimpin konferensi keanekaragaman hayati PBB COP16 di Kota Cali tahun lalu, dianggap sebagai salah satu menteri yang kompeten dalam pemerintahan kiri Petro yang sering dianggap tidak stabil. Dia bahkan sempat mendapat pujian dari Petro selama pertemuan kabinet.
Namun, dalam wawancara dengan saluran online Los Danieles, Muhamad mengaku bahwa keputusannya untuk mundur adalah "sulit" dan didorong oleh keterlibatan Armando Benedetti, salah satu ajudan terdekat Petro, dalam pengelolaan negara.
Benedetti, yang sedang diselidiki atas dugaan pendanaan kampanye ilegal selama pemilihan presiden 2022, juga dituduh melakukan kekerasan dalam rumah tangga oleh mantan istrinya. Kehadirannya dalam pertemuan kabinet menimbulkan ketidaknyamanan di antara beberapa menteri.
Mereka juga menyatakan ketidaksetujuan terhadap penunjukan Laura Sarabia sebagai menteri luar negeri. Sarabia, yang sebelumnya menjabat sebagai kepala staf Petro, terlibat dalam skandal korupsi besar dan kasus penyadapan ilegal terhadap pengasuh anaknya.
Penunjukan Sarabia sebagai menteri luar negeri terjadi di tengah krisis diplomatik, ketika Petro terlibat konfrontasi dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengenai penerbangan deportasi migran. Sarabia, yang karirnya melesat cepat dalam pemerintahan Petro, dianggap sebagai figur kontroversial yang menimbulkan pro dan kontra di dalam kabinet.
Selain Muhamad dan Ramírez, Menteri Kebudayaan Juan David Correa juga mengundurkan diri sehari setelah pertemuan kabinet. Begitu pula dengan Jorge Rojas, kepala lembaga negara DAPRE yang mengelola dana negara dalam jumlah besar.
Pengunduran diri sejumlah menteri dan pejabat tinggi ini terjadi hanya beberapa minggu setelah mereka dilantik, termasuk Sarabia serta menteri keuangan, informasi, dan transportasi. Pergantian kabinet ini menimbulkan tanda tanya besar atas stabilitas pemerintahan Petro, yang menjadi presiden kiri pertama dalam sejarah Kolombia.
Muhamad, yang dianggap sebagai salah satu bintang dalam pemerintahan Petro, bahkan sempat disebut-sebut sebagai calon potensial untuk menggantikan Petro yang tidak populer ketika masa jabatannya berakhir pada 2026. Namun, keputusannya untuk mundur menambah daftar panjang ketidakstabilan dalam kabinet Petro.
Pergolakan politik ini terjadi di tengah upaya Petro untuk memainkan peran utama dalam diplomasi iklim global. Pemerintahannya telah berusaha mempromosikan kebijakan lingkungan yang progresif, tetapi ketegangan internal dan pergantian kabinet yang sering terjadi dapat mengancam agenda tersebut.
Dengan situasi yang semakin tidak menentu, masa depan pemerintahan Petro dan kemampuan untuk mewujudkan program-program yang dijanjikan kepada rakyat Kolombia menjadi pertanyaan besar.*