Belanda dan Afghanistan Cemas, Amerika Akan Tarik Ribuan Tentaranya dari Suriah
Seorang laki-laki berlari menghindari serangan udara di Suriah.
RIAU1.COM - Belanda, Afghanistan dan sekutu-sekutu Amerika Serikat lainnya, menjadi cemas karena Amerika Serikat akan menarik tentaranya dari Suriah dan Afghanistan.
Seperti dikutip Riau1.com dari Antaranews.com, Sabtu, 22 Desember 2018, Belanda mengatakan rencana Washington mengurangi kehadiran militernya di Afghanistan merupakan langkah yang prematur, mengingat konflik masih berlangsung di sana.
" Pengumuman Presiden AS Donald Trump pada Kamis mengagetkan Belanda, yang menyumbang kepada misi militer di Suriah dan Afghanistan," kata Menteri Pertahanan Ank Bijleveld kepada wartawan di Den Haag, Jumat 21 Desember 2018.
Belanda mendukung pertempuran melawan para milisi ISIS dengan menyediakan jet-jet F-16. Belanda akan mengakhiri partisipasinya dalam operasi itu, yang berada di bawah komando militer AS, pada 31 Desember.
Bijleveld mengatakan berakhirnya kehadiran militer AS di Suriah akan memiliki "konsekuensi yang berjangkauan jauh bagi kawasan dan keamanan". ISIS "belum sepenuhnya dikalahkan dan ancaman belum sirna", kata dia, sebagaimana dikutip Reuters.
Belanda juga kaget akan pengumuman rencana Washington mengurangi jumlah pasukannya secara signifikan di Afghanistan, ujar dia.
Bijleveld mengatakan pengurangan jumlah tentara di Afghanistan akan menjadi langkah yang prematur. Di Afghanistan, Belanda menempatkan 100 prajurit dalam misi pimpinan NATO -untuk mendukung tentara dan pasukan kepolisian Afghanistan.
"Kami mengintensifkan usaha-usaha di Afghanistan karena situasi keamanan belum membaik dengan cukup cepat," kata dia.
Sementara itu, Dari Kabul, Reuters melaporkan bahwa para pejabat Afghanistan dan mitra-mitra Amerika dari Barat pada Jumat bereaksi dengan rasa khawatir atas laporan bahwa AS berencana mengurangi sedikitnya 5.000 dari 14.000 prajuritnya dari Afghanistan, setelah langkah-langkah tentatif menuju pembicaraan perdamaian.
Walaupun sudah ada penerimaan yang meningkat di Kabul, Presiden Trump tak sabar atas kemajuan dalam mengakhiri perang yang telah berlangsung selama 17 tahun itu.
Perkembangan tersebut terjadi setelah Menteri Pertahanan Jim Mattis mengundurkan diri.
Mattis telah dipandang luas di Afghanistan sebagai penjamin keterlibatan AS. Pengunduran dirinya akan menimbulkan kecemasan di benak banyak pejabat Afghanistan.
Kabar itu menyusul pertemuan dua hari di Abu Dhabi antara utusan perdamaian khusus AS Zalmay Khalilzad dan wakil-wakil Taliban yang membahas penarikan pasukan internasional dan gencatan senjata tahun 2019.
R1/Hee