Perjalanan Berliku Si Tukang Kayu Suzuki Sebelum Terjun ke Dunia Otomotif

Perjalanan Berliku Si Tukang Kayu Suzuki Sebelum Terjun ke Dunia Otomotif

12 Oktober 2020
Suzuki Motor Corporation (Foto: Istimewa/internet)

Suzuki Motor Corporation (Foto: Istimewa/internet)

RIAU1.COM - Pendiri perusahaan otomotif terbesar di dunia, Michio Suzuki atau Suzuki sebelum tenar memulai karirnya dengan menjalani hidup sebagai tukang kayu.

Dilahirkan pada 1887 di Hamamatsu, Suzuki hidup serba pas-pasan hingga menginjak usia remaja dikutip dari kumparan.com, Senin, 12 Oktober 2020.

Empat tahun berselang atau tepatnya pada 1904, orang yang mempekerjakan Suzuki sebagai tukang kayu banting setir menjadi pembuat alat tenun pedal.

Mau tidak mau jejaknya pun diikuti Suzuki. Tak butuh waktu lama sampai akhirnya Suzuki berhasil membuat alat tenunnya sendiri hingga mendaftarkan penemuannya untuk mendapatkan hak paten.

Dari sini dia mulai dikenal. Alat tenun buatannya merubah hidupnya. Berbagai pesanan datang sampai akhirnya dia mendirikan perusahaan bernama Suzuki Loom Works di kota kelahirannya. 

Sayang, minimnya permintaan mesin pembuat kain kian menurun ketika memasuki tahun 1920 atau ketika Suzuki Loom Manufacturing Company didirikan.

Berbagai usaha telah dia lakukan untuk menggerakkan kembali roda ekonomi. Namun tetap tak membuahkan hasil.

Hingga akhirnya dia jenuh dan melirik untuk menciptakan mobil dengan harga murah, dimensi kompak, konsumsi BBM tak boros, yang tak pernah ditemui orang Jepang. 

Mulailah dia melakukan riset dengan mempreteli sebuah model Austin Seven dengan mesin 737 cc. Hasil mengamati mesin, akhirnya ia mengaku sanggu membuat sebuah wujud mobil secara massal.

Nasib malang kembali menimpanya. Bom atom yang dijatuhkan sekutu menghancurkan segala miliknya.

Lalu ditimpa gempa bumi yang meluluh-lantakan Jepang, membuat pengembangan mobil Suzuki berhenti total.

Suzuki kembali bangkit dengan kembali merintis kembali alat tenun. Usahanya kembali tak membuahkan hasil. Itu lantaran mesin tenunnya tak lagi diburu banyak orang dan kembali ditutup.

Di tahun yang sama melihat banyak orang di Jepang kesulitan mengakses transportasi, ia lalu merintis usaha produksi kendaraan sepeda yang dibekali mesin 36 cc.

Idenya kali ini dilirik banyak orang termasuk pemerintah Jepang yang mendukungnya dengan hak paten dan subsidi biaya produksi.

Lambat laun usahanya semakin berkembang. Ia lalu membuat sepeda bermotor lagi yang diberi nama Diamond Free pada 1953 dan Mini Free pada 1954.

Dilanjutkan dengan memproduksi sepeda motor tanpa kayuh dengan nama Colleda bermesin 125 cc, lalu mobil dengan nama Suzulight bermesin 360 cc bertenaga 21 dk hingga terus berkembang sampai saat ini.