Sudah Digunakan di Inggris, RS Malaysia Uji Alat Kecerdasan Buatan Deteksi Virus Corona Jarak Jauh
Ilustrasi alat Kecerdasan Buatan yang bisa deteksi virus corona di paru paru.
RIAU1.COM - Rumah Sakit di Inggris sudah menggunakannya. Termasuk Perancis dan Spanyol.
Kini, Rumah Sakit di Malaysia, sedang uji coba alat Kecerdasan Buatan (Artificial Intellegence atau AI).
Alat besutan perusahaan Inggris ini mampu memberikan sebuah analisa apakah pasien memiliki risiko tinggi Covid-19 akibat infeksi virus corona SARS-CoV-2.
Negara tetangga, Malaysia sedang menguji coba sistem AI tersebut.
Analisa dari kecerdasan buatan Axial AI itu diberikan setelah memindai apakah paru-paru pasien terkena Covid-19 atau tidak.
Axial Ai adalah anak perusahaan SkyMind asal Inggris.
Algoritma AI itu sebelumnya telah digunakan untuk memindai paru-paru ribuan pasien di Wuhan, China.
Algoritma tersebut dikembangkan oleh Axial AI dan mampu menganalisa citra CT dalam hitungan detik.
Di seluruh dunia, teknologi kecerdasan buatan sedang dikembangkan dengan cepat sebagai bagian dari upaya untuk mengatasi penularan infeksi virus corona SARS-CoV-2.
Beberapa rumah sakit di Inggris pun meluncurkan alat AI untuk membantu staf medis menganalisis X-ray lebih cepat.
Staf medis di Rumah Sakit Royal Bolton, menggunakan AI yang telah diuji coba ke lebih dari 11 ribu X-ray dada.
Angka tersebut termasuk sekitar 500 kasus Covid-19 yang terkonfirmasi.
Dokter radiologi di Rumah Sakit Royal Bolton, Rizwan Malik mengatakan AI telah digunakan untuk rontgen lebih dari 100 pasien.
Algoritma didesain untuk mencari tanda-tanda kemungkinan gejala Covid-19, salah satunya adalah pola ground glass opacities.
"Ini pada dasarnya memberi dokter alat lain untuk membantu mereka membuat keputusan. Misalnya, pasien mana yang akan mereka akui, yang akan mereka kirim pulang," kata Malik, seperti dilansir CNN Indonesia, Senin, 11 Mei 2020.
Dilansir dari BBC, Dokter spesialis paru di University Hospital Southampton, Thomas Daniels mengatakan AI tersebut bisa sangat berguna karena menerjemahkan pemindaian sehingga dokter dapat mencerna informasi dengan cepat bisa sangat berguna.
"Ahli radiologi sering membutuhkan berjam-jam atau kadang-kadang bahkan berhari-hari untuk sampai ke rontgen dada khusus itu dan menulis laporan tentang itu," kata Daniels.
Namun, kecerdasan buatan ini masih dalam tahap pengujian. Pada pemindaian 147 pasien suspect Covid-19, AI itu berhasil memindai akurat 90 persen apakah seseorang positif atau tidak.
Dilansir dari Tech Times, AI juga dikembangkan agar masyarakat bisa memeriksa paru-paru dari rumah untuk mengecek gejala Covid-19.
Teknologi dikembangkan oleh negara Polandia dan dinamakan StethoMe.
AI telah digunakan oleh layanan kesehatan digital di Spanyol maupun Prancis.
StethoMe berjanji kepada kedua layanan kesehatan digital untuk membantu pasien tetap terhubung dengan tenaga medis setiap waktu.
"Tim ahli teknologi dan medis kami telah mengabdikan lima tahun terakhir upaya R&D untuk menciptakan stetoskop nirkabel pintar. Pada saat di mana layanan medis berada di bawah tekanan di seluruh dunia karena pandemi Covid-19, kami percaya dapat berkontribusi pada pengurangan beban pada sistem perawatan kesehatan dan mengurangi penyebaran penyakit yang tidak perlu" kata CEO StethoMe, Wojciech Radomski.
StethoMe digunakan dengan aplikasi ponsel dan menggunakan algoritma AI berbasis cloud dalam sistemnya untuk mendeteksi, menganalisis, dan mengklasifikasikan suara patologis.
Fitur ini memungkinkan orang dewasa, dan bahkan anak-anak, untuk mendengarkan paru-paru mereka sendiri di rumah.
StethoMe bersama layanan kesehatan digital, saat ini menyediakan informasi khusus pasien kepada penyedia layanan kesehatan untuk pemeriksaan cepat masalah pernapasan potensial yang mungkin menunjukkan infeksi Covid-19.
Berbagai tes algoritma StethoMe yang kuat telah mengungkapkan bahwa sistem ini 29 persen lebih akurat dibandingkan dengan dokter spesialis paru.
R1 Hee.