Ini Cerita Mahasiswa Indonesia di Wuhan China, Terkurung Meski Lockdown Sudah Dibuka
Begini suasana sudut Kota Wuhan China sejak Lockdown dicabut.
RIAU1.COM - Mahasiswa Indonesia, Dela Efifania, yang kuliah di Wuhan China ini mulai sedikit lega. Pasalnya, Lockdown sudah dicabut Pemerintah.
Dela Efifania tak menyangka bisa merasa serindu itu mendengar suara deru mesin kendaraan yang kembali terlihat ramai berlalu-lalang di jalanan dari jendela kamar asramanya di Wuhan China.
Sudah hampir tiga bulan, tepatnya 24 Januari 2020, pelajar asal Indonesia itu terjebak penutupan perbatasan atau lockdown bersama mahasiswa internasional lain untuk menekan penyebaran virus corona (Covid-19) yang terus memburuk di kota tersebut.
Pada 8 April lalu, pemerintah China mencabut status isolasi Wuhan dan sebagian industri seperti pertokoan, transportasi publik, dan perkantoran juga mulai kembali beroperasi.
Namun, Dela masih harus mengurungkan niat untuk bisa menghirup udara luar lantaran universitas masih mengisolasi asrama.
Padahal, mahasiswi S3 di Wuhan University of Technology itu ingin sekali membayar semua rasa kangen akan makanan restoran lokal sambil bergumul bersama teman-teman.
"Sudah kangen jajan, jogging keliling kompleks. Mungkin di luar (asrama) sana orang-orang sudah mulai beraktivitas kembali, saya tidak tahu, karena saya sendiri belum bisa keluar asrama," kata Dela saat bercerita kepada CNNIndonesia.com pada Selasa (14/4).
Dela menuturkan pihak universitas masih mengisolasi asrama meski sudah enam hari status lockdown Wuhan dicabut.
Ia mendapat kabar bahwa universitas menerapkan kebijakan tersebut sebagai tindakan preventif demi memastikan kondisi di luar sudah benar-benar aman.
Sejauh ini, Dela bersama teman-teman di asrama tidak ada yang terpapar virus corona.
Sebab, sebanyak 200 orang yang tinggal bersama di asrama itu merupakan mahasiswa yang berasal dari mancanegara.
Meski begitu, Dela mengaku kondisi serupa juga dialami beberapa rekan sesama mahasiswa asal Indonesia di universitas lainnya di Wuhan. Menurut dia, universitas masih mengisolasi asrama pelajar internasional.
Dela bahkan memprediksi sistem belajar mengajar di kampusnya akan dilakukan secara daring sampai akhir semester ini.
"Universitas sudah mengeluarkan jadwal sampai akhir semester kira-kira sampai 10 minggu lagi," ujar Dela.
Dela tak memungkiri berdiam diri selama hampir tiga bulan di kamar asrama membuatnya bosan. Beruntung, ia masih bisa mengakali kebosanan dengan tetap melakukan sejumlah hobi yakni jogging, bermain bulu tangkis, hingga memasak.
Di awal masa lockdown pihak asrama masih memperbolehkan para mahasiswa keluar untuk membeli makanan dan keperluan lain.
Namun, sekitar bulan kedua berjalan mahasiswa benar-benar tidak diperkenankan keluar asrama.
Meski benar-benar terisolasi, Dela mengaku seluruh kebutuhan terutama pasokan makanan tidak kekurangan. Sebab, pihak universitas rutin mengirim bahan makanan bagi para mahasiswa setiap pekan.
Jika terpaksa harus membeli kebutuhan dari luar, mahasiswa masih boleh belanja dengan memanfaatkan sistem pesan antar.
"Itu pun bukan mahasiswa yang mengambil delivery, tapi ada penjaga asrama yang nanti akan ambilkan barang-barang kita. Jadi mereka bolak-balik pakai motor dari gerbang ke asrama," kata Dela.
Hingga kini, Dela belum mengetahui sampai kapan asrama akan diisolasi.
Namun, ia mengaku tidak khawatir karena merasa masih nyaman berdiam diri di sana selama karantina.
Dela mengaku selama karantina banyak hal positif yang ia dapatkan seperti semakin rajin berolahraga hingga menjalin hubungan yang lebih dekat dengan teman-teman di asrama.
"Bosan sih bosan tapi masih bisa diatasi lah karena saya sudah terbiasa hidup sendiri jadi tidak terlalu stres. Apalagi karena mahasiswa internasional lainnya juga tidak pulang, kita jadi sering ketemu sampai masak bareng di jam makan sehingga semakin menambah teman," ujar Dela.
R1 Hee.