Para Peneliti Prancis Klaim Temukan Obat Virus Corona, Dalam 6 Hari Pasien Positif Covid-19 Sembuh

Para Peneliti Prancis Klaim Temukan Obat Virus Corona, Dalam 6 Hari Pasien Positif Covid-19 Sembuh

29 Maret 2020
Profesor Didier Raoult dari IHU-Mediterranee Infection

Profesor Didier Raoult dari IHU-Mediterranee Infection

RIAU1.COM - Para peneliti di Prancis, baru saja mengklaim telah melakukan penelitian tentang obat virus corona atau Covid-19, dan mereka berhasil mempercepat proses penyembuhan penderita positif wabah ini.

Diberitakan Al Arabiya, Ahad 29 Maret 2020, hasil penelitian yang dipimpin Profesor Didier Raoult dari IHU-Mediterranee Infection di Prancis, terbukti berhasil. 80 pasien positif corona di negara itu bisa disembuhkan hanya dalam waktu enam hari perawatan.

Dalam penelitian itu, mereka mengkombinasikan dua jenis obat yakni hydroxychloroquine dan azithromycin.

Dari 80 pasien yang menerima kombinasi hydroxychloroquine dan azithromycin, Raoult dan timnya menemukan peningkatan klinis pada semua kecuali satu pasien, 86, yang meninggal. Satu pasien berusia 74 tahun masih di ICU pada saat penelitian diterbitkan.

Hydroxychloroquine adalah anti-malaria dan anti-inflamasi yang digunakan untuk mengobati gangguan auto-imun seperti lupus dan rheumatoid arthritis hanya telah dicoba dengan beberapa keberhasilan terhadap gejala coronavirus novel.

Secara regional, Bahrain adalah salah satu negara pertama yang menguji hydroxychloroquine sebagai pengobatan untuk Covid-19, setelah pertama kali menggunakan obat tersebut pada 26 Februari 2020 lalu, dua hari setelah mendaftarkan kasus pertama virus corona.

Di seluruh dunia, negara-negara memperluas akses ke hydroxychloroquine dan chloroquine, senyawa terkait yang merupakan bentuk sintetik dari kina, yang berasal dari pohon kina dan telah digunakan selama berabad-abad untuk mengobati malaria.

"Kami mengkonfirmasi kemanjuran hydroxychloroquine yang terkait dengan azitromisin dalam pengobatan Covid-19 dan potensi efektivitasnya dalam penurunan dini penularan," ujar Didier Raoult.

"Mengingat kebutuhan terapeutik yang mendesak untuk mengelola penyakit ini dengan obat-obatan yang efektif dan aman, serta mengingat biaya yang dapat diabaikan baik dari hydroxychloroquine dan azithromycin, kami percaya tim lain harus segera mengevaluasi strategi terapi ini untuk menghindari penyebaran penyakit dan untuk merawat pasien sebelum komplikasi pernapasan ireversibel yang parah terjadi," jelas para peneliti itu.

Masih ada perdebatan diantara para ahli medis tentang penggunaan klorokuin sebagai pengobatan. WHO belum menyetujui penggunaan klorokuin untuk pengobatan simtomatik coronavirus. Di Amerika Serikat, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) saat ini sedang mempelajari cara untuk membuat obat tersedia untuk penggunaan darurat, tetapi dengan cara yang memberikan data pemerintah tentang apakah itu aman dan efektif.

 


Sumber: Viva