Kecemasan Perempuan Afghanistan, Usai AS Berdamai dengan Taliban

4 Maret 2020
Ilustrasi perempuan Afghanistan sedang selfie.

Ilustrasi perempuan Afghanistan sedang selfie.

RIAU1.COM - Banyak perempuan Afghanistan cemas, usai Amerika Serikat berdamai dengan Pasukan Taliban. Karena tentara AS akan meninggalkan Afghanistan. Sedangkan Taliban, ditakutkan akan mengekang hak kebebasan perempuan. 

 

 Setelah nyaris 19 tahun bertempur di Afghanistan, akhirnya AS dan Taliban  memutuskan untuk berdamai.

Perang di antara kedua belah pihak sudah menelan ribuan nyawa.

Meski begitu masih ada pertanyaan yang tersisa tentang nasib Afghanistan jika 13 ribu pasukan AS dan sekutunya akan ditarik bertahap selama 14 bulan ke depan.
 

Setelah gencatan senjata berakhir, Taliban kembali menggelar serangan. Kali ini target mereka hanya pasukan dan pemerintah Afghanistan.

Kondisi tersebut membuat sebagian masyarakat Afghanistan cemas akan nasib mereka di masa mendatang.

Posisi Taliban saat ini juga masih kuat, dengan menguasai daerah-daerah pedesaan. Namun, jangkauan serangan Taliban bisa mencapai wilayah manapun di Afghanistan.

Yang paling khawatir adalah kaum perempuan Afghanistan. Sebagian besar dari mereka enggan kembali ke masa seperti ketika Taliban berkuasa.

Perempuan Afghanistan saat ini ingin bisa bersekolah, bekerja dan bersosialisasi tanpa harus takut dihukum Taliban seperti di masa lalu.

Akan tetapi, tidak seluruh faksi di Taliban sepakat dengan hal itu.

Sebagian tokoh Taliban masih membolehkan perempuan bekerja, asal tidak menjadi pimpinan.


"Kaum perempuan Taliban dibolehkan terlibat dalam pendidikan, bekerja, dalam kegiatan ekonomi dan politik, tetapi harus sesuai kaidah Islam," kata perwakilan Taliban, Hakim Mujahed, seperti dilansir Associated Press, Rabu (4/3).

Berharap kepada kaum lelaki tidak bisa sepenuhnya dilakukan, karena budaya di Afghanistan yang menempatkan kedudukan perempuan lebih rendah.

Menurut aktivis Afghanistan, Najiba Ayubi, kini mereka harus berani menyuarakan pendapat di hadapan Taliban, setelah tidak ada lagi perlindungan dari pasukan asing.

"Kalau tidak, tidak ada laki-laki yang mau memperjuangkan kami, karena mereka tidak menyadari apa yang kami hadapi, dan bagi mereka berpikir apa yang akan terjadi terhadap perempuan tidak penting," ujar Najiba, seperti dilansir CNN Indonesia, Rabu. 

Akan tetapi, Najiba menyimpan rasa optimis kalau Taliban saat ini berbeda dari 19 tahun silam.

Perundingan antara pemerintah Afghanistan dan Taliban bakal dimulai pada 10 Maret mendatang di Oslo, Norwegia.

Kedua belah pihak diharapkan datang dengan niat tulus dan terbuka jika tidak mau Afghanistan jatuh ke dalam jurang kekerasan.

AS menetapkan syarat kepada Taliban untuk memerangi terorisme, mencegah negara itu menjadi surga teroris, memutus hubungan dengan Al Qaidah dan memerangi kelompok Negara Islam-Khurasan (ISIS-K).
 

Guna memulai perundingan damai, Taliban menuntut pemerintah Afghanistan melepas 5000 anggota mereka.

Sebagai imbalannya, Taliban bersedia melepas seribu tawanan.

 

Meski demikian, kedua belah pihak masih belum melaksanakan permintaan masing-masing.

Kunci perdamaian Afghanistan saat ini ada di tangan pemerintah dan Taliban.

Jika keduanya tidak membuka ruang diskusi dan negosiasi, maka pertumpahan darah tak bakal berhenti.

R1 Hee.