23 Januari 1968, Kapal Mata-Mata Amerika Serikat USS Pueblo Ditangkap Patroli Korea Utara

23 Januari 1968, Kapal Mata-Mata Amerika Serikat USS Pueblo Ditangkap Patroli Korea Utara

23 Januari 2020
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dengan latar belakang USS Pueblo. Foto: CNN.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dengan latar belakang USS Pueblo. Foto: CNN.

RIAU1.COM -Tepat tanggal ini pada 1968, kapal-kapal patroli Korea Utara mencegat USS Pueblo kapal intelijen milik Angkatan Laut Amerika Serikat. USS Pueblo dan seluruh awaknya dibawa ke Korut kemudian ditawan selama 11 bulan.

Dilansir dari Detik.com, Kamis (23/1/2020), kapal buatan tahun 1944 ini awalnya bernama FS-344. Digunakan sebagai kapal pengangkut keperluan bagi Angkatan Darat AS.

Satu dasawarsa kemudian dioper ke Angkatan Laut kemudian dimodifikasi jadi kapal untuk tujuan intelijen. Sejumlah peralatan pengintaian ditambahkan pada kapal yang kemudian diubah namanya jadi USS Pueblo ini.

Pertengahan November 1967 kapal beserta krunya tiba di Pearl Harbor, Hawaii. Komandan kapal Lloyd M Bucher mendapat arahan misi pertama mereka menuju Korea Utara.

Bucher juga memperoleh informasi apabila mereka diserang, maka militer AS tidak dapat bereaksi cepat untuk menolong. Saat dalam perjalanan menuju Jepang, Bucher mengumpulkan para perwiranya dan menyampaikan misi itu.

Ada 83 kru yang dibawa USS Pueblo. Termasuk enam orang perwira, dan dua orang sipil peneliti laut.

Mereka meninggalkan Jepang menuju utara pada 11 Januari 1958. Misi mereka menyadap dan mengintai kegiatan Angkatan Laut Uni Soviet di Selat Tsushima. Tak hanya itu, tugas Pueblo juga mendapatkan informasi intelijen dari Korea Utara.

CNN menyebut misi tersebut persiapannya buruk sedari awal. Setelah meninggalkan Sasebo para awak Pueblo harus berurusan dengan rusaknya peralatan, cuaca yang dingin yang membuat sejumlah instrumen membeku, dan ganasnya ombak. Selain persoalan mabuk laut para awaknya menghadapi kebosanan.

Sebagian besar awaknya tidak melakukan apa-apa. Mereka hanya berupaya mendengar komunikasi Korea Utara dari perairan internasional. Para awaknya juga berhati-hati agar tidak masuk laut teritorial sejauh 12 mil.

Sampai suatu sore pada 22 Januari, dua kapal nelayan Korea Utara memergoki kapal itu. Seraya menggunakan teropong nelayan-nelayan berdiri di geladak mengawasi awal USS Pueblo.

Keesokan harinya, malapetaka menimpa USS Pueblo. Kapal dengan persenjataan berat menghampiri mereka.

Pueblo segera melapor ke pusat komando di Kamiseya, Jepang, yang meminta mereka segera angkat kaki dari perairan itu. Namun kapal Korut mencegah dan mengancam akan menembak meski Pueblo berkilah mereka berada di perairan internasional.

Tak lama, empat kapal dengan berukuran kecil datang dan mengepung Pueblo. Dua pesawat tempur Korut juga melintas di atas perairan itu.

Saat sebuah kapal mendekat dan personelnya bersiap naik, Bucher memerintahkan kapal dilarikan dengan kecepatan penuh. Kapal-kapal Korut langsung memberondong.

"Kami butuh bantuan. Kami membutuhkan dukungan. SOS SOS SOS. Silakan kirim bantuan," kata operator radio Pueblo, Don Bailey kepada Kamiseya seperti yang dikutip CNN.

Awak kapal segera memusnahkan dokumen-dokumen rahasia dan menghancurkan peralatan intelijen yang ada di kapal. Tak ada bantuan yang tiba untuk menyelamatkan Pueblo dan awaknya.

Sebuah pesawat yang dikirim dari Okinawa tak mampu mencapai lokasi itu dalam sekali terbang. Para tawanan yang tiba di Pelabuhan Wonsan dengan mata tertutup langsung diangkut menggunakan kereta menuju Pyongyang. CNN menyebut tertawannya Pueblo itu menjadi salah satu insiden paling memalukan dalam sejarah militer AS.

Presiden AS Lyndon Johnson menolak melancarkan operasi militer untuk membebaskan para prajuritnya itu. Sebuah memo sangat rahasia memberi peringatan akan hal itu.

"Begitu AS mengambil tindakan pembalasan yang melibatkan penggunaan kekuatan militer terhadap Korut, peluang melepaskan awak dan kapal dengan segera akan mustahil," bunyi memo yang dikutip CNN itu.

Petinggi AS bekerja keras dalam upaya pembebasan. Pertemuan awal didominasi tuntutan Korut agar AS meminta maaf secara resmi.

Namun, AS bersikeras bahwa Pueblo ada di perairan internasional dan tidak melakukan kesalahan. Berbulan-bulan melalui negosiasi AS akhirnya mengalah.

Mayor Jenderal Gilbert Woodward yang mewakili AS menandatangani sebuah surat yang dikonsep Korut pada 23 Desember 1968. Isinya pengakuan bahwa Pueblo secara ilegal menyusup ke perairan teritorial Korut.

"Bertanggung jawab penuh dan dengan sungguh-sungguh meminta maaf atas kegiatan spionase yang dilakukan kapal AS terhadap Korut," demikian isi surat itu.

Usai surat tersebut ditandatangani, Korut melepas semua awak Pueblo di perbatasan darat dengan Korsel. Namun USS Pueblo tak pernah dilepas. Korut menjadikan kapal ini sebagai wahana wisata dan alat propaganda.