Donald Trump Didemo, Pengunjuk Rasa Tolak Perang dengan Iran

Donald Trump Didemo, Pengunjuk Rasa Tolak Perang dengan Iran

5 Januari 2020
Demo penolakan perang dengan Iran di AS, Sabtu.

Demo penolakan perang dengan Iran di AS, Sabtu.

RIAU1.COM - Soal perang dengan Iran. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump  didemonstrasi di dalam negeri terkait aksi pembunuhan Jenderal Iran,  Qasem Soleimani oleh militer negara Paman Sam.

Di luar Gedung Putih, Washington DC, sekitar 200 demonsran berkumpul dan meneriakkan tuntutan-tuntutan seperti, "No War on Iran (jangan ada perang di Iran)", seperti dilansir CNN Indonesia, Minggu, 5 Januari 2020.

 

"No Justice, No Peace, US out of the Middle East (Tak ada keadilan, tak ada perdamaian, AS keluar dari TImur Tengah)."


Seperti dilansir AFP, aksi unjuk rasa itu bukan hanya digelar di depan Gedung Putih, Washington. Setidaknya di 70 kota di seluruh AS pun menggelar aksi serupa.

"Kami tidak akan membiarkan negara kami menjadi pemimpin sebuah perang tak berguna lainnya." ujar orator di luar Gedung Putih.

Puas di Gedung Putih, para pengunjuk rasa bergerak ke Trump International Hotel.


"Butuh pengalihan? Mulailah perang," demikian sebuan poster yang dibawa demonstran, Sam Crook, 66.

Poster yang dibawa Crook itu merupakan sindiran di mana Trump sedang digoyang di dalam negeri lewat upaya pemakzulan terkait skandal Ukraina.

"Negara ini berada di dalam genggaman seseorang yang secara mental tidak stabil, Saya jelas mengatakan Donald Trump, demikianlah. Dia tak beres di dalam kepalanya," ujar Crook.

Shirin, 31, seorang warga AS keturunan Iran mengaku khawatir dengan kemungkinan perang dengan negara nenek moyangnya.

"Kita telah mengeluarkan triliunan dolar untuk bertempur tanpa akhir di Irak, dan kamu tahu, perang terlama saat ini adalah di Afghanisan. Apa yang mau kita tunjukkan dari ini?" ujar Sirin.

Di kota New York, para demonstran berkumpul di Times Square. Mereka menuntut penarikan mundur 5.000 tentara AS dari Irak.

Aksi unjuk rasa juga dilaporkan terjadi di Chicago dan Los Angeles.


Sementara itu, Kepala bidang hubungan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, pada Sabtu lalu menekankan pada deeskalasi setelah militer AS membunuh pejabat militer wahid Iran di Baghdad, Irak.

Itu diungkapkan Borrell setelah melakukan pertemuan dengan Menlu Iran Mohammad Javad Zarif di Brussels, Belgia.

Sementara itu, di Irak, faksi yang mendukung Iran meminta para personel keamanan negeri tersebut menjauhi basis militer AS.

Itu dimintakan karena politikus faksi pro-Iran tak ingin prajurit negaranya tewas atau terluka karena aksi balas dendam Irak terhadap AS.

"Kami meminta pasukan keamanan negeri ini untuk menjauh setidaknya 1000 meter dari posisi basis Amerika Serikat, di mulai pada Minggu pukul 17.00 (waktu setempat), " ujar Kataeb Hezbollah---politikus Irak yang mendukung Iran.

 


Sebelumnya, Mayjen Qasem Soleimani (62), tewas akibat pemboman yang dilakukan pesawat nirawak militer AS di Baghdad pada Jumat (3/1) dini hari.

Presiden Donald Trump menyatakan memerintahkan langsung serangan tersebut. Sementara itu pemimpin tertinggi iran, Ayatollah Khamenei menyatakan berjanji akan membalas serangan AS.

Selain itu, ia pun menetapakan masa berkabung nasional selama tiga hari atas kepergian Qasem Soleimani.

R1 Hee.