Menelisik Cahaya Kejayaan Muhammadiyah Di Dusun Jerambang Tanjung Indragiri Hilir

16 Maret 2025
Tim Safari Ramadhan Muhammadiyah Inhil dan Warga Dusun Jerambang Tanjung

Tim Safari Ramadhan Muhammadiyah Inhil dan Warga Dusun Jerambang Tanjung

RIAU1.COM - Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Inhil menggelar safari Ramadhan ke Desa Jerambang Kecamatan Gaung pada Sabtu 15 Maret 2025.

Perjalanan menggunakan speedboat dengan menempuh waktu sekitar 1 jam 30 menit dari Tembilahan.

"Dulu murid sekolah kita pernah mencapai 700 orang lebih disini," cerita Firdaus salah satu tokoh Muhammadiyah di Desa Jerambang kepada tim Safari Ramadhan Muhammadiyah Inhil.

Tim Safari Ramadhan Muhammadiyah Inhil kali ini memang membagi 2 titik lokasi kegiatan, yaitu di Desa Jerambang serta Desa Pungkat Kecamatan Gaung.

Dua desa tersebut masih menjadi titik penyebaran kader dan simpatisan Muhammadiyah di ranting dan cabang yang terbilang aktif.

Bahkan, di Desa Jerambang adalah salah satu pendirian Cabang Muhammadiyah tertua di Kabupaten Inhil.

"Muhammadiyah mulai terbentuk di sini sekitar Tahun 1949. Awalnya dibawa oleh H. Kasim dari Taluk Kuantan, beliau Datuk saya, dulu bergelar Datuk Rendah dan membuka kebun kelapa di parit ini," ucap Pak Fer, sapaan akrab Firdaus.

Dari cerita Firdaus, sekolah Muhammadiyah yang berada di Dusun Jerambang Tanjung Desa Jerambang mulai eksis berdiri pada Tahun 1953, oleh H Kasim dibuat sekolah pondok dengan mengajarkan ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum, mirip seperti banyak sekolah boarding school yang bermunculan saat ini.

Saat itu, murid sekolah berasal dari Desa Jerambang sendiri serta dari beberapa desa tetangga lainnya seperti Pungkat, Sungai Baru dan Soren serta Pintasan.

"Sekolah Muhammadiyah disini dulu mulai dari Madrasah Ibtidaiyah sampai PGA setingkat SMA, mirip sekolah Mualimin Muhammadiyah, muridnya mencapai 700 orang dengan tinggal di pondok, bahkan para pengajarnya didatangkan dari luar daerah seperti Sumbar dan Taluk Kuantan," ungkapnya.

Firdaus juga sempat menggantikan ayahnya menjadi pimpinan pondok pada tahun 90 an dan beberapa kali berganti pimpinan dengan menyesuaikan kurikulum pemerintah.

"Sekolah kami akhirnya tidak bisa bertahan, resmi ditutup pada akhir Tahun 2017 lalu karena muridnya hanya tersisa 8 orang. Biaya operasional yang cukup besar terutama karena harus berurusan ke Tembilahan untuk administrasi terkait pemakaian dana bantuan operasional sekolah dan lain sebagainya," kata Firdaus.

Menurut Firdaus, beberapa penyebab utama mundurnya sekolah Muhammadiyah di Dusun Jerambang Tanjung karena akses insfratruktur dan pembangunan yang kurang memadai serta faktor ekonomi.

Dulu, masyarakat banyak berharap pada hasil kebun kelapa, sehingga rumah-rumah warga pun tersebar di beberapa titik perkebunan kelapa. Namun berangsur, kebun kelapa semakin sempit dan harga kelapa yang tidak stabil, masyarakat mulai pindah mencari lahan baru serta penghidupan dan pekerjaan lain yang lebih baik.

"Masyarakat mulai pindah, anak-anak pun mulai kurang. Kami mencoba terus bertahan namun akhirnya tidak bisa, biaya operasional dengan jumlah murid tidak seimbang lagi," sebut Firdaus.

"Padahal dulu juga tidak ada penerangan dari listrik PLN hanya menggunakan lampu petromax atau strongkeng saja kata orang dulu dan lampu colok atau suluh. Tapi masyarakat tetap menyekolahkan anak-anaknya di sekolah Muhammadiyah, sebab hanya itulah sekolah favorit dan letaknya di dekat kebun masyarakat," urainya.

"Setiap kegiatan agama, seperti bulan ramadhan, Nuzulul Qur'an dan lainnya sangat meriah dan ramai dikunjungi masyarakat dari setiap cerucuk parit, saya masih merasakan hal itu pada tahun 90 an," tambahnya lagi.

Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Jerambang Kecamatan Gaung, Fikri Auli memaparkan saat ini Muhammadiyah perlahan kembali bangkit dan sedang membangun Masjid baru yang lebih kokoh serta kuat secara permanen.

Sebab, masjid Takwa Muhammadiyah Jerambang yang ada saat ini sudah 3 kali berpindah lokasi dan bangunannya masih bersifat semi permanen dari papan dan kayu.

"Masjid yang sekarang ini pindahan dari Masjid sebelumnya, pondasinya dari batu namun dinding dan papannya sebagian masih memakai bahan dari yang lama," sebut Fikri.

Di pojok kanan masjid memang masih terlihat sebuah beduk dari kayu yang tergantung lengkap dengan pemukul atau pentungan kayunya yang masih awet hingga kini. Diperkirakan, umurnya sudah sekitar 70 tahun dan masih digunakan oleh masyarakat sebagai penanda masuk waktu shalat serta jika ada informasi atau pengumuman.

Dipaparkan Fikri, jamaah masjid Taqwa Muhammadiyah Jerambang berasal dari 3 RT sekitar, diantaranya 2 RT dari Desa Jerambang dan 1 RT dari Desa Pintasan. 

"Saat ini kami berusaha membangun Masjid yang baru dan permanen, Alhamdulillah sudah tahap pembuatan pondasinya. Tapi walaupun masjid baru nantinya sudah selesai, kami tidak akan merobohkan bangunan lama, nanti akan kami manfaatkan untuk kegiatan keagamaan atau taman pendidikan Al-Qur'an bagi anak-anak," pungkasnya.