Harga Kelapa di Inhil Turun, Kadis Perkebunan Riau Beri Penjelasan

Harga Kelapa di Inhil Turun, Kadis Perkebunan Riau Beri Penjelasan

1 Oktober 2022
Ilustrasi/Net

Ilustrasi/Net

RIAU1.COM - Petani kelapa di Kecamatan Reteh dan Keritang, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) menjerit. Ditengah naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM), warga di dua kecamatan ini semakin tercekik karena harga kelapa dan pinang terus mengalami penurunan.

Padahal sebagian besar warga di wilayah itu menggantungkan hidupnya dari hasil kebun. Saat harga kebun terjun bebas seperti yang terjadi saat ini, warga pun semakin sulit perekonomian nya.

Saat ini harga kelapa di Inhil, khususnya di Kecamatan Reteh dan Keritang hanya berkisar Rp 700 per butir nya. Harga ini terjun bebas, sebab sebelumnya harga kelapa di daerah ini sempat mencapai Rp 2.600 per butir nya.

Menanggapi persoalan tersebut, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Riau, Zulfadli membenarkan jika saat ini harga kelapa dan pinang mengalami penurunan. Kondisi ini terjadi sejak beberapa hari belakangan ini.

"Memang harga pinang dan kelapa saat ini tren nya turun. Harga kopra itu tanggal 12 sampai 18 september dari Rp 5.600 per kilo turun menjadi Rp. 5.350 per kilo," kata Zulfadli, Jumat (30/9/2022) seraya menyebut harga kopra ini diprediksi akan terus menurun hingga beberapa hari kedepan.

"Mungkin dalam minggu ini turun lagi, karena kita lihat tren nya untuk harga kopra memang terus turun," ujarnya.

Namun menurut Zulfadli kondisi ini tidak akan berlangsung lama. Harga kopra diprediksi akan mengalami kenaikan lagi.

"Untuk harga pinang juga mengalami penurunan dikit, dibandingkan minggu kemarin, tapi tidak signifikan penurunannya," sebutnya.

Loading...

Zulfadli mengungkapkan, penurunan harga pinang dan kelapa ini disinyalir akibat banyaknya pasokan hasil panen yang masuk ke pabrik. Sehingga hukum pasar pun berlaku.

"Memang sekarang lagi banyak produksi, makanya harganya turun, biasa seperti," katanya.

Sementara saat disinggung terkait harga kelapa dan pinang di Inhil yang turun dratis, Zulfadli mengungkapkan, kemungkinan kondisi tersebut disebabkan karena kondisi wilayah yang terpencil dan akses keluar masuknya sulit. Sehingga harga murah karena ongkos transportasinya mahal.

"Ada beberapa wilayah yang jauh jarak transportasinya itu harga panenya jadi murah, karena akses keluar masuknya kan jauh," katanya.*