Dituding Main Mata, BC Tembilahan Blak-Blakan Soal Kasus 8 Terduga Pelaku Rokok Ilegal Dibebaskan
Pihak BC Tembilahan melakukan konprensi pers terkait update kasus limpahan dari Polres Inhu
RIAU1.COM - Bea Cukai (BC) Tembilahan menyampaikan secara blak-blakan komitmennya dalam memberantas rokok ilegal di wilayah kerjanya.
Hal tersebut ditegaskan pihak BC Tembilahan saat melakukan tanya jawab dengan awak media terkait beredarnya tudingan jika pihak BC Tembilahan melepaskan 8 terduga pelaku pembawa rokok ilegal yang kasusnya dilimpahkan oleh Polres Indragiri Hulu beberapa bulan yang lalu.
Kepala BC Tembilahan, melalui Kasi Kepatuhan Internal dan Penyuluhan, Syarif Yono menerangkan jika kasus tersebut telah dihentikan penyelidikannya karena pihaknya kesulitan mencari bukti terkait dengan 8 orang terduga pelaku itu.
Dijelaskannya, memang pihak Polres Inhu sudah melimpahkan kasus tersebut dan sudah lengkap sebagai bukti permulaan untuk bisa dilakukan penyelidikan terkait dengan pelanggaran undang-undang cukai.
Selanjutnya karena belum masuk dalam tahap penyidikan, pihak BC Tembilahan mengaku tidak bisa menahan 8 orang terduga tersebut namun tidak juga membebaskan karena menunggu bukti-bukti dari hasil penyelidikan.
Namun di perjalanan, tim teknis dari BC Tembilahan kesulitan mencari alat bukti jika 8 orang terduga itu merupakan orang yang memiliki barang ilegal tersebut sebagai kunci untuk menaikkan kasusnya ke ranah pidana tentang cukai dan penyidikan.
"Bea Cukai Tembilahan memutuskan untuk memberhentikan penyelidikan dan tidak melanjutkan kasus ini ke tingkat penyidikan. Kasusnya diputuskan dengan barang menjadi milik negara," terang Syarif Yono.
Dirinya juga menambahkan, jika pihak BC Tembilahan tidak akan memberi toleransi kepada pegawainya yang berani 'main mata' melakukan kegiatan tidak terpuji.
"Apabila masyarakat punya informasi dan bukti, silahkan laporkan ke saya. Kalau tidak percaya ke saya, laporkan ke tingkat yang lebih tinggi, supaya tidak menimbulkan fitnah," tambahnya.
Lebih lanjut, dirinya mengatakan jika dilihat dari UU Cukai maka orang yang melakukan pelanggaran itu adalah yang menawarkan, menyerahkan, menjual menyediakan, menimbun dan menyimpan dan memiliki yang artinya tidak ada istilah membawa disitu.
"Tugas kita membuktikan jika mereka orang yang memiliki, ada tidak dokumennya, ada tidak saksinya, itulah yang harus kita cari," lanjutnya.
Syarif Yono juga mengakui jika salah satu kendala dalam penyelidikan untuk mengumpulkan bukti adalah saat adanya pandemi Covid-19 sehingga ada surat edaran dari kementerian yang melarang pegawai Bea Cukai untuk melakukan perjalanan keluar kota.