Selama Agustus 2019, RSUD Puri Husada Temukan 3 Kasus Gizi Buruk di Inhil

Selama Agustus 2019, RSUD Puri Husada Temukan 3 Kasus Gizi Buruk di Inhil

2 September 2019
Bupati Inhil, HM Wardan saat menjenguk anak penderita gizi buruk

Bupati Inhil, HM Wardan saat menjenguk anak penderita gizi buruk

RIAU1.COM - Selama bulan Agustus 2019, RSUD Puri Husada Tembilahan mencatat, ada tiga kasus gizi buruk ditemukan di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil).

Tiga kasus tersebut menimpa Corneyus berusia 1 tahun 7 bulan asal Kecamatan Pulau Burung, M Yunus berusia 2 tahun 6 bulan asal Kecamatan Tembilahan dan M Ramadhani berusia 3 tahun 5 bulan asal Kecamatan Tembilahan.

Direktur RSUD Puri Husada Tembilahan, dr Saut Pakpahan menjelaskan, saat awal masuk ke rumah sakit, rata-rata gejalanya mengalami sesak napas dan batuk-batuk.

"Gizi buruk itu, kalau kurang asupan gizi, hanya rewel dan tidur saja. Orangtuanya sering menganggap itu hal biasa namun semakin hari semakin turun berat badannya, nampak tulang rusuknya, mata cekung sehingga sesak napas, diare atau demam tinggi dan barulah orang tua kalang kabut," jelasnya.

Saut menuturkan, kebiasaan masyarakat kita, langsung membawa balitanya untuk berobat kampung dulu, sehingga itu salah satu yang memperlambat akses pelayanan kesehatan pertama karena orangtua merasa gejala seperti itu biasa saja. 

"Kurangnya pendidikan dan pengetahuan, sehingga tidak direspon cepat oleh orangtuanya dan terjadi keterlambatan pelayanan kesehatan," tambahnya.

Selain itu, menurut Saut, gizi buruk bukanlah hal baru di Inhil. Sebab, saat dirinya masih sering turun ke lapangan, hanya sebentar saja untuk mendapatkan puluhan penderita gizi buruk.

"Ketika gejalanya sudah parah, di level Puskesmas sudah tidak mampu lagi menangani karena sudah cukup berat akhirnya di rujuk ke rumah sakit. Ketika merujuk akan ada banyak hal yang harus dipersiapkan, keluarga, biaya, siapa yang menjaga dan bagaimana administrasinya," katanya lagi.

Saut berharap, peran semua pihak untuk saling mendukung serta upaya apa yang harus dilakukan sehingga tidak perlu membentuk tim khusus atas kasus gizi buruk, hanya cukup menguatkan semua fungsi dari bidang-bidang yang sudah ada.

"Misalnya Puskesmas, fokuskan ke penanganan, lakukan penguatan kepada Pustu, cari tahu dan koordinasi dengan lurah dan Kades," pungkasnya.