Dilema Warga Inhil Hadapi Buaya, Antara Nyawa dan UU Perlindungan Hewan

Dilema Warga Inhil Hadapi Buaya, Antara Nyawa dan UU Perlindungan Hewan

21 Agustus 2019
Tim Basarnas saat mengevakuasi korban terkaman buaya di Sungai Batang Tuaka Inhil

Tim Basarnas saat mengevakuasi korban terkaman buaya di Sungai Batang Tuaka Inhil

RIAU1.COM - Meninggalnya Anita alias Ita (27) warga Kelurahan Pekan Arba, Kabupaten Inhil yang diduga kuat akibat sambaran buaya di Sungai Batang Tuaka masih menyisakan banyak cerita.

Pasalnya, menurut Lurah Pekan Arba, Ismail di sekitar kejadian tersebut memang banyak didiami hewan jenis buaya muara, mulai dari sungai di sekitar Parit 9 hingga ke wilayah di sekitar Kuala Junjangan dan sampai ke wilayah Sungai Luar.

"Kalau hari-hari lihat buaya berjemur di situ sudah biasa, bahkan saat malam kemarin ketika pencairan korban, warga banyak melihat hewan buaya itu," terang Lurah.

Dirinya menyebutkan, saat ini Undang-undang terkait perdagangan hewan sudah diatur termasuk salah satunya hewan buaya muara yang masuk dalam kategori dilindungi sehingga masyarakat tidak boleh menangkap atau membunuhnya sembarangan.

"Sekitar 2 bulan lalu, pihak kami juga pernah berselisih di sungai dekat kejadian itu dengan seekor buaya, panjangnya 4 sampai 5 meter. Memang ada lubuknya di situ, tapi masyarakat kadang sudah biasa mencari udang," sebutnya.

Dilanjutkan Ismail, di daerah sekitar sungai tersebut memang jadi tempat beranak pinaknya buaya muara, bahkan saat warga lewat memakai sampan leper, sangat sering melihat buaya-buaya itu berjemur di lumpur saat air surut. "Di sekitar wilayah Desa Tanjung Siantar infonya memang ada warga yang di serang buaya tapi tidak parah," lanjutnya.

Loading...

Mewakili masyarakat, dirinya sebagai Lurah Pekan Arba mengharapkan agar pihak terkait seperti BBKSDA Riau untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat karena buaya tersebut tentunya bertambah terus, namun tidak boleh dibunuh ataupun diperdagangkan.

"Apakah dipindahkan ke penangkaran, atau ada solusi lain. Guru-guru yang mengajar di sekolah Desa Tanjung Siantar rata-rata tinggal di Kota Tembilahan dan tiap hari melewati sungai itu memakai sampan leper. Itu harus dipikirkan juga," harap Lurah.

Sementara itu, Koordinator Pos SAR Tembilahan, Inhil, Rio Putra menyampaikan, saat ditemukan petugas, jasad korban memang masih dalam keadaan utuh. "Pas kita evakuasi, korban masih utuh," ucapnya.

Dirinya menambahkan, setelah berhasil dievakuasi, korban diserahkan langsung ke pihak kelurahan dan diantar ke rumah duka, sehingga tidak bisa memastikan apakah korban memang digigit buaya. "Infonya pihak kelurahan membawa kerumah duka, tidak lagi divisum ke rumah sakit," pungkasnya.