Perasaan Mudah Baper Akan Dianggap Bos sebagai Bentuk Ketidakprofesionalan Karyawan

17 November 2019
Perempuan karier. Foto: Shutterstock.

Perempuan karier. Foto: Shutterstock.

RIAU1.COM -Kalangan pekerja milenial sering identik dengan istilah bawa perasaan alias baper. Karenanya, tak sedikit dari mereka yang memilih resign (mengundurkan diri) saat terlibat perdebatan di kantor.

Padahal, baper bisa saja memberi dampak terhadap perkembangan karier. Mulai dari penilaian negatif atasan hingga bersikap egois.

Dilansir dari Kumparan.com, Minggu (17/11/2019), Partnership Associate Kalibrr Derrel Marvianus mengatakan, saat baper, mood seseorang cenderung terganggu. Hal ini berimbas pada performa pekerja saat menyelesaikan tugas.

“Ini bisa membuat seorang pekerja dinilai kurang baik oleh atasan dan perusahaan. Sebab, perasaan mudah baper akan dianggap sebagai bentuk ketidakprofesionalan seseorang,” katanya.

Selain itu, perasaan baper akan membuat pekerja mudah berpikiran negatif. Ini bisa membuat seseorang akan jadi lebih egois dan enggan menerima kritik.

Dengan begitu, para pekerja tadi tak enggan menyalahkan keadaan saat hasil yang diperoleh tidak sesuai.

“Pasti juga pekerja tadi akan mudah merasa bosan, jenuh, dan kesal setiap hari. Karena dia selalu terbawa emosinya,” tuturnya.

Terakhir, Derrel menambahkan, gampang baper bisa membuat rekan kerja menjauh. Bagaimana tidak, siapa yang mau bekerja dengan orang yang cepat baper?

“Sebagian dari rekan kerja mungkin akan memilih untuk menjauh, daripada harus berhadapan dengan orang yang cepat baper. Alhasil, rekan kerja kamu jadi malas untuk berinteraksi dengan kamu,” pungkasnya.