Foto internet
RIAU1.COM - Selama ini, salah satu cara yang dianggap efektif dari pihak kepolisian untuk membubarkan aksi massa adalah menembakkan gas air mata. Dengan semburan gas air mata, demonstran pun kocar-kacir. Ini karena efek yabg ditimbulkan dari gas air mata menyebabkan mata terasa perih, susah bernafas, dan batuk kering.
Namun, mengutip berdikarionline.com, penelitian Dokter Leoncio Queiroz Neto, seorang ophthalmologist Brazil, mengungkapkan fakta bahwa penggunaan gas air mata ternyata sangat berbahaya bagi mata, pernapasan, dan kesehatan manusia.
Gas air mata mengandung zat-zat beracun, seperti Chlorobenzylidene malononitrile (CS Gas). CS Gas bisa menyebabkan iritasi pada selaput lendir mata, hidung, tenggorokan, dan perut. Efek yang bisa ditimbulkan gas ini adalah mata sulit berkedip, sakit kepala dan sensasi terbakar. Namun, efek ini diperkirakan akan hilang sejam setelah semburan.
Namun, beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa iritasi pada pernapasan dan mulut bisa berlangsung hingga sebulan. Reaksi mata ketika terkena gas air mata adalah bertahan (defensif). Lalu terjadi sensasi seperti terbakar, mata berair, memerah, kornea melebar dan berujung pada penglihatan menjadi kabur.
Lebih lanjut, kata Queiroz Neto, reaksi alami dari orang yang terkena gas air mata adalah menempelkan atau mengusapkan tangan ke mata. Ini justru memperburuk efek yang ditimbulkan oleh zat gas air mata, menyebarkannya dan mempenetrasi lebih jauh.
Efek gas air mata juga akan tambah parah jika orang menggunakan pakaian atau kain yang diusapkan ke bagia mata atau wajah.
Jika terlanjur mata sudah terkena gas air mata, maka bersihkan dengan air dingin. Biasanya, aktivis dan para demonstran akan menggunakan odol atau pasta gigi untuk mengurangi efek gas air mata. Ini karena pasta gigi punya efek yang bisa mengurangi rasa perih pada mata.
Jangan membasuh mata dengan tangan yang masih kotor dan tidak membasuh muka dengan kain atau tangan ketika terkena gas air mata.