Ada 800 ribu Orang di Riau Menderita Ginjal Kronis, RSUD Arifin Achmad Mencatat Hanya 5 persen Jalani Pengobatan

Ada 800 ribu Orang di Riau Menderita Ginjal Kronis, RSUD Arifin Achmad Mencatat Hanya 5 persen Jalani Pengobatan

25 Agustus 2019
Kepala Unit Hemodialisa yang juga Ketua Tim Ginjal Terpadu RSUD Arifin Achmad, dr Rayendra dan direktur RSUD Arifin Achmad, dr Nuzelly Husnedi meninjau rungan pusat cuci darah

Kepala Unit Hemodialisa yang juga Ketua Tim Ginjal Terpadu RSUD Arifin Achmad, dr Rayendra dan direktur RSUD Arifin Achmad, dr Nuzelly Husnedi meninjau rungan pusat cuci darah

RIAU1.COM - Penyakit ginjal kronis merupakan penyakit global di tengah masyarakat, berdasarkan data pada tahun 2013, tercatat ada 12,5 persen penduduk dunia menderita penyakit ini.

Bahkan untuk di Riau yang memiliki penduduk lebih kurang 6,8 juta jiwa, ada sekitar 800 ribu orang di Bumi Lancang Kuning yang mengidap penyakit ginjal kronis ini.

Kepala Unit Hemodialisa, dr Rayendra menyebutkan, dari total 800 ribu masyarakat Riau yang menderita ginjal kronis, hanya sekitar 2 persen sampai 5 persennya saja yang menjalani pengobatan dengan serius.

"Itu pun mereka yang sudah mengalami terminal, yang membutuhkan pengobatan sebagai pengganti ginjal, seperti cuci darah," ujarnya, Ahad 25 Agustus 2019.

"Sedangkan sisanya yang berada pada stadium 1, 2 atau 3. Karena pada ginjal, stadium dibagi sampai 5 bagian," jelas Rayendra yang juga Ketua Tim Ginjal Terpadu RSUD Arifin Achmad itu.

Rayendra mengungkapkan, untuk di Provinsi Riau, ada sekitar 30 tempat cuci darah, dan pasien yang datang melakukan cuci darah mencapai ribuan orang.

"Tapi, yang mau cuci darah itu hanya 5 persen saja dari 800 penderita ginjal kronis. Artinya masih banyak masyarakat yang belum terdeteksi mengalami penyakit ginjal. Perlu ada sosialisasi dan survei agar jumlah yang terdeteksi ini banyak," ungkapnya.

Rayendra menjelaskan, ada banyak faktor resiko yang menyebabkan pasien gagal ginjal. Diantaranya penderita diabetes melitus, ada 20 persen sampai 40 persen penderita 'kencing manis' ini bisa bermuara pada ginjal kronis atau gagal ginjal.

"Kemudian pasien-pasien hipertensi, diperkirakan 30 persen dewasa muda menderita hipertensi. Namun sayangnya, dari jumlah tersebut, hanya sepertiganya yang mengetahui," terangnya.

Selain itu, Ia melanjutkan, usia 40 tahun ke atas akan mengalami pengurangan satu persen fungsi ginjal setiap tahunnya. "Bayangkan usia lanjut dengan hipertensi dan diabetes melitus, faktor resiko tentu akan sangat besar," ucapnya.

"Penggunaan dan mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang juga berpeluang megalami gagal ginjal. Kemudian lainnya, ada juga disebabkan faktor genetik, kegemukan dan asam urat," tambahnya.

Rayendra pun berharap kepada seluruh masyarakat agar tidak segan atau ragu memeriksakan diri ke rumah sakit, minimal untuk mendeteksi dini penyakit yang ada di dalam tubuh.

"RSUD Arifin Achmad saat ini menangani pasien gagal ginjal yang sudah pada stadium 5 dengan dukungan alat hemodialisa yang canggih, disamping itu penanganan gagal ginjal juga dengan alternatif lain yaitu Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD)," paparnya.

Masih kata Rayendra, alternatif ini memungkinkan pasien dan keluarga yang melakukan perawatannya sesuai kebutuhan dan arahan dokter. CAPD dirasa lebih sederhana dan praktis karena CAPD memungkinkan pasien untuk 'menyaring darah' secara mandiri.

"Caranya adalah menggunakan membran peritoneum dalam tubuh untuk menggantikan tugas ginjal dan RSUD Arifin Achmad sudah mengembangkan cara tersebut," pungkasnya.