Sejarah Hari Ini: Lahirnya Kota Dumai dan Cerita Rakyat Putri Tujuh yang Melegenda

Sejarah Hari Ini: Lahirnya Kota Dumai dan Cerita Rakyat Putri Tujuh yang Melegenda

20 April 2020
Ilustrasi Kota Dumai 1974 (Foto: Istimewa/internet)

Ilustrasi Kota Dumai 1974 (Foto: Istimewa/internet)

RIAU1.COM - Hari ini wilayah yang berada di pesisir pantai timur Sumatera, Dumai tahun 1999 secara resmi menjadi sebuah kota melepaskan diri dari Kabupaten Bengkalis.

Sejarah kota yang menghadap Selat Malaka tersebut juga tak bisa dilepaskan dengan legenda Putri Tujuh, sebuah cerita rakyat mengisahkan tentang asal mulanya nama kota ini dinukil dari historia.id, Senin, 20 April 2020.

Ceritanya berawal dari sebuah kerajaan yang diperintah oleh seorang ratu bernama Cik Sima. Dia melahirkan tujuh putri-putri yang cantik hingga beranjak dewasa.

Ketika ketujuh putri ini sedang mandi di lubuk Sarang Umai, diintip oleh Pangeran Empang Kuala dan para pengawalnya yang kebetulan lewat di lokasi pemandian.

Mereka mengamati ketujuh putri dari balik semak-semak. Secara diam-diam, sang pangeran terpesona melihat kecantikan salah satu putri yang bernama Putri Mayang Sari atau Mayang Mengurai.

"Gadis cantik di lubuk Umai….cantik di Umai. Ya, ya…..d‘umai…d‘umai…," sebutnya dalam hati.

Karena kecantikan putri bungsu itu, sang pangeran berniat untuk menjadikannya sebagai istri.

Maka sang pangeran mengirimkan seorang utusan mengantarkan tepak sirih sebagai pinangan adat kebesaran raja kepada Keluarga Kerajaan Seri Bunga Tanjung.

Pinangan itu ditolah oleh Ratu Cik Sima karena menilai yang lebih pantas menerimanya adalah putri tertuanya.

Ketika mengetahui pinangannnya ditolak, Pangeran Empang Kuala malah murka dan berniat menyerang Kerajaan Seri Bunga Tanjung dengan menyiapkan para panglima dan prajuritnya.

Loading...

Peperangan tak terelakkan. Demi keamanan, Ratu Cik Sima melarikan ketujuh putrinya ke dalam hutan dan menyembunyikan mereka di dalam sebuah lubang beserta perbekalan hanya untuk tiga bulan.

Pada bulan keempat, peperangan masih terus terjadi dimana kerjaan Ratu Cik Sima mulai banyak menderita kekalahan. Dia banyak kehilangan prajurit dan rakyat.

Ratu Cik Sima lalu mengutus sebuah jin untuk menjatuhkan beribu-ribu buah bakau untuk diarahkan ke pasukan Pangeran Empang Kuala.

Serangan dari bantuan jin itu efektif hingga pasukan mereka mundur dan menyatakan kekalahannya. Sementara sang pangeran tersadar akan kejahatannya karena telah memulai pertikaian ini.

Keesokan harinya, Ratu Cik Sima bergegas mendatangi tempat persembunyian ketujuh putrinya di dalam hutan. Namun sayang ketujuh putrinya sudah tak bernyawa karena kehabisan perbekalan.

Karena tak kuat menahan kesedihan Ratu Cik Sima sakit dan tak lama malah meninggal dunia.

Peristiwa itu diyakini masyarakat bahwa nama Dumai diambil dari kata d‘umai yang selalu diucapkan Pangeran Empang Kuala ketika melihat kecantikan Putri Mayang Sari.