Ismulyadi (kiri) dan Arip Hidayatulloh memaparkan tentang konsep kolaboratif dan partisipatif pada kegiatan Forum Tanggung Jawab Sosial (TJS) di Alana Hotel, Yogyakarta, 15 November 2023.
RIAU1.COM -Energi Mega Persada (EMP) mengedepankan pola kolaboratif (kerja sama yang melibatkan banyak pihak) dan partisipatif (semua pihak mengambil peran dan menjadi bagian) pada pelaksanaan program Coorporate Social Responsibility (CSR) yang dijalankan. Pola pendekatan ini terlihat dari program-program yang telah dilaksanakan perusahaan.
Sr CSR Officer PT Imbang Tata Alam, Arip Hidayatulloh mencontohkan program konservasi mangrove yang dilakukan di Kecamatan Merbau dan Tebing Tinggi Barat di Kabupaten Kepulauan Meranti dan di Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. PT ITA merupakan anak perusahaan EMP yang memproduksi minyak dan gas bumi di kawasan pesisir pantai (off shore).
“Setiap tahun perusahaan bersama masyarakat menanam mangrove minimal sebanyak 5 ribu batang. Hasilnya mulai terlihat daratan yang selalu tergerus karena abrasi, sekarang mulai berkurang. Selain itu, masyarakat juga mendapatkan nilai tambah dengan menjadikan kawasan mangrove tersebut sebagai objek wisata,” ujar Arip pada pembukaan Forum Tanggung Jawab Sosial (TJS) di Alana Hotel Yogyakarta, 15 Oktober 2023.
Forum TJS merupakan agenda sharing session yang dilaksanakan oleh SKK Migas bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) wilayah Sumatra bagian Utara (Sumbagut). Acara ini dibuka oleh Kepala Perwakilan SKK Migas Sumbagut dengan menghadirkan pembicara kunci GKR Mangkubumi, Pembina Forum CSR Nasional. Turut tampil sebagai pembicara Wakil Rektor Universitas Gadjah Mada, Dr Ari Sujito, Maria R Nindita Radyati PhD dari Institute for Suistainability and Agility, pendiri Sokola Rimba Butet Manurung serta sejumlah praktisi CSR lainnya.
Dikatakan Arip Hidayatulloh, program konservasi mangrove berawal dari keprihatinan masyarakat melihat daratan di kampung mereka yang selalu berkurang akibat tergerus ombak. Salah satu penyebabnya karena hutan mangrove yang menjadi menyangga pantai telah rusak akibat ditebang oknum masyarakat untuk kepentingan ekonomi.
Kemudian pemerintah daerah, kelompok pemuda dan PT Imbang Tata Alam duduk bersama dan menyepakati bahwa hutan mangrove yang rusak mesti ditanam kembali untuk mencegah abrasi. Selain itu mangrove tersebut juga nantinya diharapkan memiliki nilai tambah ekonomi bagi masyarakat sekitar. Perlahan tapi pasti, bermuncullah kelompok-kelompok mangrove yang diinisiasi warga setempat.
Saat ini, kata Arip Hidayatulloh, pihaknya sudah berkolaborasi dengan sepuluh kelompok mangrove dan konservasi air di Kabupaten Siak dan Kepulauan Meranti. Antara lain Laskar Mandiri Mangrove Sungai Bersejarah, Kelompok Konservasi Mangrove Sungai Bersejarah, Kelompok Mangrove Sungai Merambai, Kelompok Bunga Mangrove Formula, Kelompok Mangrove Haji dan Kelompok Telaga Air Merah. “Sebagian dari kelompok ini bahkan sudah mandiri dan mendapat penghasilan tambahan keuangan dari pengunjung maupun pedagang setempat,” ujarnya.
Pendekatan kolaboratif dan partisipatif juga dilakukan oleh EMP Bentu Limited. CSR Officer EMP Bentu Limited, Ismulyadi, mengatakan pihaknya berkolaborasi dengan pemerintah dan pemuda di Kelurahan Langgam, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, dalam mewujudkan desa wisata Kampung Langgam.
“Langgam memiliki objek wisata yang cukup menarik seperti Danau Tajwid, Tugu Bapilin Tigo, Teluk Kerbau, rumah singgah raja, serta hutan adat dan objek wisata lainnya. EMP Bentu juga sudah lama terlibat dalam setiap proses pengembangan objek wisata tersebut sehingga perlahan-lahan mulai dikenal masyarakat di Pelalawan dan sekitarnya,” katanya.
Ditambahkan Ismulyadi, salah satu hasil dari program kolaboratif tersebut adalah Kampung Langgam mendapatkan peringkat pertama kategori souvenir pada Lomba Apresiasi Desa Wisata tahun 2022.*rls