Harga CPO Malaysia Ambles, Akibatkan Harga TBS di Riau Turun

9 Juni 2021
Kabid Pengolahan dan Pemasaran Dinas Perkebunan (Disbun) Riau, Defris Hatmaja/ IBL

Kabid Pengolahan dan Pemasaran Dinas Perkebunan (Disbun) Riau, Defris Hatmaja/ IBL

RIAU1.COM -Dinas Perkebunan (Disbun) Riau mencatat jika harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Riau terjadi penurunan harga.

Kabid Pengolajan dam Pemasaran Disbun Riau, Defris Hatmaja menyebutkan, ada beberapa fakfor yang menyebabkan harga sawit di Riau menjadi turun, yakni faktor internal dan eksternal.

"Untuk faktor internal, turunnya harga TBS periode ini disebabkan oleh terjadinya kenaikkan dan penurunan harga jual CPO dan kernel dari beberapa perusahaan yang menjadi sumber data," kata dia, Selasa, 8 Juni 2021.


Dia merincikan, untuk harga jual CPO, PT. PTPN V mengalami penurunan harga sebesar Rp 461,43/Kg, PT. Sinar Mas Group mengalami penurunan harga sebesar Rp 471,11/Kg, PT. Astra Agro Lestari Group mengalami penurunan harga sebesar Rp 555,00/Kg, PT. Asian Agri Group mengalami penurunan harga sebesar Rp 305,55/Kg, PT. Citra Riau Sarana mengalami penurunan harga sebesar Rp 264,25/Kg, dari harga minggu lalu.

Sedangkan untuk harga jual Kernel, PT. Astra Agro Lestari Group mengalami kenaikkan harga sebesar Rp. 181,82/Kg, PT. Asian Agri Group mengalami penurunan harga sebesar Rp. 25,00/Kg, PT. Citra Riau Sarana mengalami penurunan harga sebesar Rp. 32,05/Kg dari harga minggu lalu.

Sementara dari faktor eksternal, lanjutnya, turunnya harga TBS minggu ini karena Harga komoditas minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) Malaysia ambles 1% hingga sesi istirahat siang pada perdagangan hari ini, Jumat 4 Juni 2021.


"Namun harga kontrak pengiriman Agustus yang ditransaksikan di Bursa Malaysia Derivatif Exchange masih tetap di atas RM 4.000/ton. Harga CPO turun RM 46 ringgit atau melemah 1,11% ke RM 4.112/ton," lanjutnya.

Prospek kenaikan stok minyak sawit Malaysia di akhir bulan Mei cukup membebani harga CPO. "Harga minyak sawit mentah masih mengalami volatilitas yang tajam diakibatkan oleh kenaikan yang sudah terlalu tinggi dan membaiknya prospek produksi secara historis di paruh kedua tahun ini," demikian Defris. (IBL)