Ekspansi Luar Negeri, PT Wijaya Karya Incar Kontrak Triliunan Rupiah di Afrika, Taiwan dan Filipina
Dirut PT Wijaya Karya, Tumiyana (kiri).
RIAU1.COM - Perusahaan konstruksi BUMN, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau Wika, terus ekspansi ke luar negeri dengan menggarap sejumlah proyek infrastruktur di beberapa negara.
Strategi ekspansi ke luar negeri dilakukan untuk mewujudkan target perseroan menjadi pemain global.
Direktur Utama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Tumiyana mengungkapkan saat ini tujuan pasar yang paling potensia untuk dituju adalah negara-negara di kawasan Afrika.
Selain itu, perseroan juga tengah membidik Taiwan dan Filipina untuk beberapa proyek infrastruktur dengan nilai triliunan rupiah.
"Ada, sekarang proses di Taiwan [nilainya] Rp20 triliun, kami konsorsium dengan perusahaan Taiwan, itu untuk perluasan bandara Taiwan. Kami terendah di Filipina, bikin depo kereta nilainya hampir Rp3 triliun. Kami juga [coba] masuk ke Vietnam, tapi kalau bicara region, kami semua negara sudah ada kecuali Vietnam,” ujar Tumiyana, Rabu (5/2/2020), seperti dilansir bisnis.com.
Lebih lanjut, Tumiyana menyatakan bahwa selama ini Wika telah mengerjakan proyek di beberapa negara seperti Myanmar, Malaysia, Filipina, Timor Leste.
Untuk pasar di kawasan Afrika dia menyatakan potensinya masih sangat besar dan dapat lebih dikembangkan.
Sementara itu, mayoritas proyek luar negeri yang didapatkan Wika berasal dari wilayah Asia Pasifik dan sisanya dari Afrika.
Beberapa proyek yang telah didapatkan dari wilayah tersebut antara lain proyek pembangunan mix-used building di Senegal senilai US$250 juta.
Selain itu, ada pula proyek infrastruktur yang sudah berjalan di negara Aljazair dan Nigeria.
Sebelumnya, dari kesepakatan yang terjadi di Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue (IAID) pada 2019, Wika mendapatkan proyek di Zanzibar, Senegal, Tanzania, dan Pantai Gading.
Dia menambahkan Wika merasa perlu untuk menjaga protofolio luar negeri sebagai upaya pengembangan perusahaan dalam beberapa tahun ke depan.
Pasalnya, dalam delapan tahun ke depan, Indonesia diprediksi menjadi pasar konstruksi terbesar keempat di dunia.
Oleh karena itu, Wika terus mengembangkan portofolio perusahaan di luar negeri sebagai bagian dari industri global.
"Portofolio luar negeri saya jaga 10%-12% dari total revenue," ucapnya.
Hal itu dilakukan untuk mengikuti perkembangan dan tuntutan di industri konstruksi.
Ke depannya pelaku usaha dihadapkan persaingan dengan pemain internasional.
Dalam durasi delapan tahun ke depan, imbuhnya, perseroan optimistis bisa setara dengan pemain global lainnya dengan catatan tetap menjaga rata-rata pertumbuhan.
R1 Hee.