Dirut PT Krakatau Steel Sebut Kemarahan Jokowi Bukan Sekadar Urusan Impor Cangkul

6 November 2019
Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Silmy Karim. Foto: Kumparan.com.

Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Silmy Karim. Foto: Kumparan.com.

RIAU1.COM -Presiden Joko Widodo dibuat marah karena cangkul yang beredar di Indonesia kebanyakan adalah produk impor. Menurut dia, harusnya cangkul sepenuhnya bisa diproduksi di Indonesia dengan melibatkan Industri Kecil Menengah (IKM).

Dilansir dari Kumparan.com, Rabu (6/11/2019), polemik cangkul impor yang bikin Jokowi marah memang bukan hal yang baru. Pada 2016 lalu, Kementerian Perdagangan secara terang-terangan mengakui telah memberi izin kepada PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) untuk mengimpor cangkul.

Masa berlaku Surat Persetujuan Impor (SPI) yang diberikan kepada PPI adalah dari Juni 2016 lalu, dan berakhir pada Desember 2016. PPI ditunjuk sebagai importir sudah sesuai dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 230 Tahun 1997 tentang Barang yang Diatur Tata Niaga Impornya.

Adapun total izin impor kepala cangkul yang diberikan sebesar 1,5 juta unit. Dari jumlah itu, realisasi impornya hanya sebesar 5,7 persen atau 86.190 unit. Untuk asal negaranya adalah China.

Impor cangkul dilakukan karena produksi dalam negeri tak mampu menutup kebutuhan yang sangat besar. Kebutuhan cangkul di dalam negeri menurut data Kementerian Perindustrian mencapai 10 juta unit per tahun.

Kemenperin sendiri sudah memberikan penugasan kepada PT Krakatau Steel, PT Boma Bisma Indra, dan PPI untuk segera melaksanakan tugas dengan memaksimalkan peran Industri Kecil Menengah (IKM) dalam memproduksi cangkul. IKM di dalam negeri mampu memproduksi 700.000 cangkul per tahun. Selain itu, terdapat 2.000 IKM yang turut memproduksi cangkul dan tersebar di 12 sentra.

Terkait hal ini, Direktur Utama PT Krakatau Steel (KS) Tbk Silmy Karim angkat bicara. Menurut dia, kemungkinan penugasan yang diberikan ke Krakatau Steel pada 2016 lalu adalah menyediakan bahan baku perkakas tersebut.

"Kalau produksi cangkulnya diserahkan ke industri hilirnya," katanya.

Saat penugasan itu diberikan, Silmy sendiri belum memimpin Krakatau Steel. Meski begitu, sindiran yang disampaikan Jokowi tadi pagi bukan sekadar urusan cangkul semata.

Poin utama ucapan Jokowi karena besarnya defisit neraca perdagangan yang diakibatkan derasnya impor baja China. Salah satu masalah di Krakatau Steel karena industri turunan dari pohon industri baja hancur karena impor.

Kalau industri hilir baja mati karena impor, maka penyerapan atas produk yang diproduksi KS juga akan turun. Sinkronisasi antara kebijakan Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian sangat penting dalam menyelesaikan sengkarut masalah ini.

"Tata niaga impor memang harus diperbaiki. Ini kunci dalam membangun industri nasional ke depan. Saya yakin pemerintah akan mengeluarkan kebijakan yang mendukung industri dalam negeri dalam rangka mengurangi defisit neraca perdagangan Indonesia. Banyak cara untuk meningkatkan industri dalam negeri, tidak sulit kalau kita mau," tutupnya.