Pascaserangan Drone, Chevron Siap Kembali Produksi Minyak di Zona Partisi Arab Saudi-Kuwait

Pascaserangan Drone, Chevron Siap Kembali Produksi Minyak di Zona Partisi Arab Saudi-Kuwait

17 September 2019
Ledakan dan kebakaran hebat di ladang minyak Saudi Aramco diserang pakai Drone, Sabtu lalu.

Ledakan dan kebakaran hebat di ladang minyak Saudi Aramco diserang pakai Drone, Sabtu lalu.

RIAU1.COM - Ladang minyak terbesar Saudi Aramco diserang pakai Drone beberapa hari lalu. Akibatnya terjadi ledakan dan kebakaran hebat di ladang minyak tersebut. Kerugian yang diderita Saudi Aramco cukup besar. 

Sementara itu, Chevron menyatakan dapat memulai produksi minyak dengan relatif cepat di zona partisi antara Arab Saudi dan Kuwait jika diminta oleh kedua negara ini.

“Zona partisi, atau PZ, adalah salah satu dari beberapa ladang non-produksi di negara-negara OPEC yang dapat dimulai kembali untuk mengisi kekosongan dalam pasokan minyak global,” ujar CEO Chevron Corp. Mike Wirth kepada CNBC, seperti dilansir Bloomberg, Selasa (17/9/2019).

Zona tersebut dapat memproduksi minyak mentah sebanyak 500.000 barel per hari.

 

Namun selama setidaknya empat tahun, zona ini telah ditutup karena perselisihan antara kedua negara.

Pada Juli 2019, pejabat pemerintah Kuwait mengatakan bahwa negara itu tengah dalam pembicaraan dengan Arab Saudi untuk memulai kembali produksi dari lapangan tersebut.

Menurut sumber terkait permasalahan ini, kedua belah pihak menyelesaikan sejumlah isu utama dan hanya memiliki poin teknis yang tersisa dalam diskusi yang berlangsung pada Juli.

Pernyataan Wirth tersebut disampaikan setelah serangan drone terhadap fasilitas minyak Arab Saudi akhir pekan kemarin mengurangi output dari eksportir minyak mentah terbesar di dunia ini.

Pada Sabtu (14/9/2019), fasilitas minyak milik raksasa minyak Arab Saudi, Saudi Aramco, terbakar setelah diserang drone. Serangan drone tersebut berdampak pada dua pabrik Aramco, yakni di Abqaiq dan Khurais.

Saudi Aramco kehilangan sekitar 5,7 juta barel per hari dari produksinya pada Sabtu (14/9) setelah 10 pesawat tak berawak (drone) menghantam fasilitas Abqaiq dan ladang minyak terbesar kedua kerajaan di Khurais.

Loading...

Pejabat Aramco disebut-sebut semakin tidak optimistis bahwa akan ada pemulihan yang cepat dalam hal produksi. Sementara itu, pihak Kerajaan ataupun pelanggannya dapat menggunakan cadangan mereka untuk menjaga persediaan mengalir dalam jangka pendek.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pun mengizinkan perilisan cadangan minyak mentah darurat negara itu demi menjaga pasokan minyak global.

Langkah ini diambil setelah serangan drone ke fasilitas minyak Saudi Aramco pada akhir pekan lalu menganggu separuh dari produksi minyak mentah Arab Saudi atau sekitar 5 persen dari pasokan dunia.

“Presiden Trump melakukan hal yang tepat dalam mengizinkan rilis dari Cadangan Minyak Strategis AS,” lanjut Wirth, seperti dilansir bisnis.com. 

 

Menurutnya, masih terlalu dini untuk menilai dampak jangka panjang pada harga minyak tetapi pasar telah menjadi terlalu terbiasa dengan risiko geopolitik.

"Peristiwa ini menunjukkan bahwa risiko ini nyata. Produsen minyak shale AS tidak akan segera dapat meningkatkan produksi untuk mengisi kekosongan. Kita tidak bisa sekadar hanya menganti saklar,” pungkasnya.

R1/Hee