Naikkan Harga Tiket, Garuda Indonesia Klaim Keuntungan Rp274 Miliar di 3 Bulan Pertama Tahun Ini

26 Juli 2019
Apron maskapai Garuda Indonesia di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten. Foto: Surya/Riau1.

Apron maskapai Garuda Indonesia di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten. Foto: Surya/Riau1.

RIAU1.COM -Garuda Indonesia mengakui telah menaikkan harga tiket pesawat untuk semua rute penerbangan guna menggenjot keuntungan pada kuartal I tahun 2019. Kebijakan itu diambil sejak September 2018 untuk memperbaiki kondisi keuangan perusahaan.

"Di bulan Maret ini, kita bisa mencapai (untung) kuartal satu karena telah melakukan inisiatif untuk memperbaiki profitability perusahaan. Secara bertahap kita menaikkan harga rata-rata (tiket) dan kita menggenjot produksi," kata Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Fuad Rizal dikutip dari Tempo.co, Jumat (26/7/2019). 

Garuda Indonesia mencatatkan keuntungan pada kuartal I sebesar US$ 19,7 juta atau setara dengan Rp274 miliar. Fuad mengatakan keuntungan didapat murni dari pendapatan operasional. 

Adapun total pendapatan layanan penerbangan berjadwal pada kuartal tersebut mencapai US$ 924,93 juta atau meningkat 11,6 persen dari periode sebelumnya. Tahun lalu, pada kuartal I, pendapatan layanan penerbangan berjadwal hanya US$ 828,49 juta.

Keputusan Garuda Indonesia menaikkan harga tiket pesawat tak menyerong dari peraturan pemerintah terkait tarif batas atas.

"Harga tiket kami tidak melampaui tarif batas atas tiket pesawat yang ditentukan pemerintah," ucapnya.

Adapun, upaya lain perseroan selain meningkatkan harga tiket pesawat untuk menyerok untung adalah memangkas rute-rute yang dianggap tidak produktif, baik domestik maupun internasional. Fuad mencontohkan perusahaannya telah meniadakan rute penerbangan Denpasar-London.

"Denpasar-London kami enggak terbang lagi. Kami terbang ke London lewat Medan dan itu cukup signifikan mengurangi kerugian di rute internasional," ujar Fuad. 

Fuad optimistis Garuda Indonesia bakal mencetak laba hingga akhir 2019 atau kuartal III nanti. Perusahaan, kata dia, menargetkan keuntungan US$ 70 juta. 

Pada 2018, Garuda Indonesia mencatatkan pembukuan merah. Dalam laporan restatement-nya, mencatatkan rugi mencapai US$ 175,02 triliun. Padahal sebelumnya, Garuda Indonesia menyatakan untung US$ 5,01 juta. 

Laporan itu direvisi setelah Bursa Efek Indonesia, Kementerian Keuangan, dan Otoritas Jasa Keuangan menyatakan perusahaan melakukan pembedakan laporan keuangan. Atas audit ulang Badan Pemeriksa Keuangan, Garuda Indonesia juga mengalami sejumlah penyesuaian pada indikator aset menjadi sebesar US$ 4.328 juta dari sebelumnya US$ 4.532 juta.