Salah satu gerai Giant di Jakarta. Foto: Detik.com.
RIAU1.COM -Nama PT Hero Supermarket Tbk (HERO) belakangan ini menarik perhatian publik. Perusahaan dikabarkan menutup 6 gerai Giant.
Dilansir dari Detik.com, Selasa (25/6/2019), perusahaan yang melantai di pasar modal sejak 1989 ini memang memiliki beberapa jaringan ritel besar, seperti Apotek Guardian, serta bekerja sama dengan perusahaan asal Swedia untuk mengembangkan IKEA. Namun Giant merupakan salah satu jaringan supermarket andalan perusahaan.
Jika melihat ke belakang, kinerja HERO terbilang buruk. Perusahaan sudah mengalami kerugian sejak 2 tahun yang lalu.
Pada 2017, HERO tercatat mengalami kerugian sebesar Rp191 miliar. Kondisi ini berbanding terbalik dengan 2016 yang pada saat itu perseroan mampu membukukan laba bersih Rp121 miliar.
Presiden Direktur HERO Stephane Deutsch saat itu mengatakan, kinerja buruk ini lantaran kinerja bisnis makanan yang menurun. Hal itu membuat penjualan HERO tercatat turun 5% dari Rp13,6 triliun menjadi Rp13 triliun.
"Kondisi bisnis makanan masih penuh dengan tantangan, sementara bisnis non-makanan terus tumbuh dengan kuat. Menyikapi hal tersebut, perseroan tengah mengkaji strategi bisnis Makanan untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang diperlukan guna membangun kembali daya saing Perseroan yang sangat penting untuk meraih pertumbuhan jangka panjang dan menghasilkan profitabilitas," tuturnya dalam keterangan tertulis, pada tahun lalu, Jumat (2/3/2018).
Penurunan penjualan pada bisnis makanan juga disertai dengan penyisihan untuk biaya one-off sebesar Rp366 miliar, yang sebagian besar digunakan untuk penurunan nilai aset dan pembersihan persediaan (stock clearance) yang tidak berkualitas dan tidak cepat terjual. Hal itu berdampak negatif pada kinerja Perseroan secara keseluruhan.
Bisnis makanan HERO Group mengalami penurunan penjualan 7% menjadi Rp 10,8 triliun karena penjualan like-for-like yang negatif akibat melemahnya kinerja supermarket dan hypermarket. Perseroan mencatat kerugian operasional underlying sebesar Rp434 miliar dibandingkan dengan laba Rp91 miliar di tahun sebelumnya.
Meskipun bisnis makanan mengalami tantangan, bisnis Guardian dan IKEA memperlihatkan kinerja yang positif dan mampu mencatatkan pertumbuhan penjualan dan keuntungan yang meningkat.
Penjualan bisnis non-makanan HERO Group tumbuh 10% menjadi Rp 2,17 triliun, terutama didorong oleh pertumbuhan penjualan like-for-like pada bisnis IKEA dan Guardian. Laba usaha juga tumbuh 60% menjadi Rp 282 miliar.
Free cash flow atau arus kas bebas pada tahun berjalan HERO tercatat sebesar Rp40 miliar dibandingkan arus kas pada tahun sebelumnya sebesar Rp7 miliar. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya laba pada bisnis non-makanan dan modal kerja yang lebih baik.
Kerugian pun berlanjut di tahun berikutnya, bahkan lebih parah. Pada 2018, kerugian perusahaan naik drastis menjadi Rp1,25 triliun.
Pendapatan HERO pun turun 0,49% dari Rp13,02 triliun menjadi Rp12,97 triliun. Padahal, beban usaha perseroan turun 3,29% menjadi Rp 9,27 triliun.
Sekadar informasi, beredar kabar ada 6 supermarket Giant yang bakal tutup pada 28 Juli 2019. Berikut daftarnya :
1. Giant Ekspres Cinere Mall
2. Giant Ekspres Mampang
3. Giant Ekspres Pondok Timur
4. Giant Ekstra Jatimakmur
5. Giant Ekstra Mitra 10 Cibubur
6. Giant Ekstra Wisma Asri.
Namun hingga saat ini, pihak Giant belum ada yang memberikan keterangan resmi. Beberapa upaya telah dilakukan termasuk mengirimkan email pertanyaan yang diminta oleh pihak manajemen yakni External Communication Manager Hero Supermarket Fia Arwinta. Akan tetapi, pihak manajemen sampai hari ini belum membalasnya.