Terus Membengkak, Utang Luar Negeri Indonesia Naik Jadi Rp 5.480 Triliun

Terus Membengkak, Utang Luar Negeri Indonesia Naik Jadi Rp 5.480 Triliun

15 April 2019
Uang Dolar AS.

Uang Dolar AS.

RIAU1.COM - Utang luar negeri Indonesia terus membengkak dan naik menjadi Rp 5.480 Triliun hingga akhir Februari 2019. 

Posisi utang luar negeri Indonesia per akhir Februari 2019 menurut Bank Indonesia, tercatat sebesar US$ 388,7 miliar atau naik 8,81% secara tahunan (year-on-year/YoY).

Jika di-rupiah-kan total utang luar negeri mencapai Rp 5.480 triliun (asumsi kurs US$ 1 = Rp 14.100). Peningkatan ULN pada bulan Februari juga tercatat meningkat dibanding bulan sebelumnya yang hanya mampu tumbuh 7,2% YoY.

 

Menurut pengumuman resmi Bank Indonesia (BI), Senin, 15 April 2019, peningkatan tersebut utamanya berasal dari ULN pemerintah, seperti dilansir CNBC Indonesia. 

Posisi ULN pemerintah per akhir Februari 2019 naik sebesar US$ 3,68 miliar menjadi US$ 190,8 miliar atau tubuh 7,3% YoY. Angka pertumbuhan tersebut jauh meningkat dibanding periode Januari yang mana kala itu ULN pemerintah hanya naik 3,85% YoY.

Penyebab utamanya adalah arus masuk dana investor asing di pasar Surat Berharga Nasional (SBN) domestik sepanjang bulan Februari.

Tercatat investor asing melakukan beli bersih SBN domestik sebesar Rp 32,8 triliun atau setara dengan US$ 2,27 miliar

Hal itu bisa dilihat sebagai kepercayaan investor asing yang meningkat terhadap perekonomian Indonesia.

Selain itu pemerintah juga menerbitkan Global Sukuk untuk mendukung pembiayaan fiskal dalam kerangka Geen Bond dan Green Sukuk.

Dalam laporan BI, ULN pemerintah digunakan untuk membiayai sektor-sektor produktif seperti sektor kesehatan dan kegiatan sosial, konstruksi, infrastruktur dan jasa pendidikan.

Sedangkan ULN swasta per Februari 2019 naik 1,3 miliar. Pertumbuhan ULN swasta tetap stabil di angka 10,84% yang mana sama dengan periode Januari 2019. Sebagai informasi ULN swasta juga memperhitungkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Kemudian ULN swasta sebagian besar dimiliki oleh sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas (LGA), serta sektor pertambangan dan penggalian. Pangsa ULN di keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 74,2%.

 

Sementara itu Berdasarkan negara asal, Singapura masih tercatat sebagai debitur terbesar dengan total sebesar US$ 64,06 miliar per akhir Februari 2018. Disusul oleh Jepang dan Amerika Serikat (AS) yang masing-masing sebesar US$ 29,9 miliar dan US$ 21,23 miliar. Sedangkan China berada di posisi keempat dengan jumlah US$ 17,74 miliar.

Struktur ULN Indonesia pada akhir Februari 2019 tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang yang memiliki pangsa 86,3% dari total ULN.

Dengan begitu setidaknya struktur ULN Indonesia masih tetap sehat karena tidak didominasi utang jangka pendek.

R1/Hee