Kantor Pusat Pertamina di Jakarta.
RIAU1.COM - Pertamina terus mencari cadangan minyak baru untuk meningkatkan produksi.
Seperti dikutip Riau1.com dari bisnis.com, Senin, 11 Februari 2019, PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya, PT Pertamina Hulu Energi (PHE), akan melakukan perluasan kegiatan eksplorasi di luar Wilayah Kerja (WK) Jambi Merang untuk mencari cadangan baru.
Direktur Utama PHE Meidawati mengatakan komitmen kerja pasti (KKP) dari Pertamina untuk WK Jambi Merang yang pengelolaannya baru saja beralih 100% ke PHE mencapai US$239 juta. Selain untuk pengembangan di dalam area WK, dana tersebut akan dialokasikan juga untuk pencarian cadangan baru di open area.
"Kami akan lakukan survei seismik 200 kilometer. US$5 juta di dalam area Jambi Merang, di luar area Jambi Merang sekitar US$39 juta. Itu untuk 2019," ujarnya usai seremoni alih kelola WK Jambi Merang ke PHE dari Joint Operating Body (JOB) Pertamina - Talisman Jambi Merang (JOB PTJM), Sabtu (9/2).
Dia mengatakan WK Jambi Merang menjadi salah satu andalan Pertamina dalam mengisi negara produksi migas nasional.
Pihaknya pun berkomitmen untuk menjaga, bahkan meningkatkan, produksi dari dua lapangan yang ada di WK tersebut, yakni Lapangan Sungai Kenawang dan Pulau Gading.
Selama rentang waktu empat tahun, pada 2014 produksi gas WK Jambi Merang mencapai 100% dari target dan terus berlanjut sampai 2017.
Sedangkan pada 2018, realisasi mencapai 101% dari target dengan lifting untuk kondensat sebesar 4.191,87 BCPD dan gas sebesar 88,49 MMSCFD.
"Target gas 80-100 MMSCFD. Akan tetap dipertahankan untuk capai 100 MMSCFD. Untuk kondensat sekitar 4.000 BCPD," tuturnya.
Dia mengatakan peningkatan produksi akan disesuaikan juga dengan kebutuhan konsumen.
Adapun cadangan gas di WK Jambi Merang tercatat sekitar 388 BCF dan cadangan kondensat sebanyak 14,41 MMSTB.
Cadangan tersebut berpotensi meningkat seiring kegiatan eksplorasi yang terus dilakukan.
Sementara itu, Deputi Perencanaan SKK Migas Jaffee Suardin mengatakan KKP WK Jambi Merang menjadi salah satu yang terbesar.
Menurutnya hal tersebut sangat positif guna mendorong pengembangan WK tersebut, termasuk kegiatan eksplorasi di luar WK.
"Total KKP di Indonesia sekarang US$1,3 miliar. Mudah-mudahan dana tersebut bisa dipakai untuk mendapatkan giant discovery dan ditemukan lapangan yang lebih besar dari Jambi Merang," katanya.
Khusus untuk WK Jambi Merang, dia mengaku yakin pengelolaannya oleh Pertamina dapat berlangsung secara berkelanjutan dalam rangka mendukung pencapaian target produksi migas nasional.
"Potensi pengembangan WK Jambi Merang cukup menjanjikan yang diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi industri dan masyarakat sekitar," tuturnya.
Sebagai informasi, proses alih kelola WK Jambi Merang dimulai sejak April 2017 lalu, saat Kementerian ESDM menetapkan Kontrak Kerja Sama WK Jambi Merang berakhir pada 9 Februari 2019. Di kontrak sebelumnya, PHE memiliki hak kelola 50%, Talisman Energy (sekarang Repsol) 25%, dan sisanya Pacific Oil & Gas (Jambi Merang) Limited. Bertindak sebagai operator adalah JOB Pertamina - Talisman Jambi Merang.
Dengan alih kelola tersebut, maka terhitung 10 Februari 2019 hingga 9 Februari 2039, WK Jambi Merang dioperasikan menggunakan skema gross split.
Pertamina mendapatkan bagi hasil (split) untuk minyak sebesar 43% dan pemerintah mendapatkan 57%. Sementara untuk gas, Pertamina memperoleh split 48% dan pemerintah mendapatkan 52%.
R1/Hee