Tanam Cabai dan Bawang di Lahan Tidur Solusi Tekan Inflasi di Pekanbaru

6 September 2022
Pj Wali Kota Pekanbaru Muflihun bersama Gubernur Riau Syamsuar serta pejabat lainnya saat memanen cabai di pinggir lapangan sepak bola Universitas Riau, Jalan Thamrin pada 29 Agustus 2022. Foto: Surya/Riau1.

Pj Wali Kota Pekanbaru Muflihun bersama Gubernur Riau Syamsuar serta pejabat lainnya saat memanen cabai di pinggir lapangan sepak bola Universitas Riau, Jalan Thamrin pada 29 Agustus 2022. Foto: Surya/Riau1.

RIAU1.COM - Program menanam cabai di pekarangan rumah dirancang sebagai upaya pengendalian inflasi di Tanah Air, tak terkecuali di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Program ini dijalankan secara masif sejak adanya kebijakan nasional untuk mengendalikan inflasi di daerah yakni melakukan gerakan tanam cabai di pekarangan.

Sebagaimana diketahui, Provinsi Riau masuk dalam lima besar provinsi dengan tingkat inflasi tertinggi di Indonesia yaitu berada di urutan ke-4, yaitu Provinsi Jambi 8,22 persen, Sumatera Barat (Sumbar) 8,01 persen, Bangka Belitung (Babel) 7,77 persen, Riau 7,04 persen, dan Aceh 6,69 persen.

Hasil pemantauan Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Juli 2022, Provinsi Riau mengalami inflasi sebesar 0,83 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 113,37. Dengan besaran inflasi bulan Juli 2022 tersebut, maka Inflasi Tahun Kalender (Januari-Juli) 2022 sebesar 6,17 persen dan inflasi Tahun Ke Tahun (Juli 2021-Juli 2022) sebesar 7,04 persen.

Dari 3 kota IHK di Provinsi Riau, semua kota mengalami inflasi yaitu, Kota Pekanbaru sebesar 0,88 persen, Kota Dumai sebesar 0,57 persen, dan Kota Tembilahan sebesar 0,91 persen.

Pemicu inflasi adalah pangan, terutama cabai merah. Terlebih, Riau bukanlah provinsi penghasil atau produsen. Salah satu upaya yang bisa dilakukan saat ini adalah dengan melakukan gerakan menanam cabai di pekarangan rumah. Tidak hanya untuk pengendalian inflasi, namun program ini juga bisa menghemat pengeluaran bagi ibu-ibu rumah tangga.

Hal inilah yang saat ini digalakkan oleh Pemko Pekanbaru. Penanaman cabai di pekarangan rumah dinilai bisa menjadi salah satu cara untuk membantu pemerintah dalam menurunkan angka inflasi yang cukup tinggi.

"Saya selalu mengajak masyarakat untuk bisa memanfaatkan pekarangan rumah sebagai tempat bercocok tanam seperti untuk menanam cabai atau pun bawang," kata Penjabat (Pj) Wali Kota Pekanbaru Muflihun, Selasa (6/9/2022).

Ajakan bercocok tanam ini bukan tanpa alasan. Selain bisa membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga, pengeluaran belanja sehari-hari juga dapat dihemat. Hal ini mengingat kedua komoditas itu kerap mengalami kenaikan harga.

"Karena itu, saya mengimbau kepada masyarakat agar mau bertanam di pekarangan rumah. Minimal untuk belanja hariannya bisa lepas," ujar Muflihun.

Ia juga mengajak camat dan lurah untuk mensosialisasikan kepada masyarakat agar memanfaatkan lahan atau tanah kosong. Rencananya, pihaknya akan menggelar penanaman cabai serentak di 15 kecamatan. 

"Makanya, kami mencanangkan penanaman cabai serentak di lima belas kecamatan. Camat yang memiliki lahan dan hasil panen terbanyak akan diberikan penghargaan Nantinya, hasil panen akan dijual di pasar-pasar terdekat," jelas Muflihun.

Penanaman serentak ini untuk menurunkan harga cabai yang tinggi di Pekanbaru. Tak hanya itu saja, ia juga mendorong kepada Aparatur Sipil Negera (ASN) dan kepada seluruh anggota Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) agar ikut menanam cabai di pekarangan rumah.

"Saya harap masyarakat bisa mengikutinya. Sehingga nanti kalau mencari cabai tak perlu lagi ke pasar tapi sudah ada di halaman rumah," harap Muflihun. 

Ketika harga cabai mahal, masyarakat tidak khawatir. Langkah ini dinilai sangat. 

Beberapa waktu lalu, Muflihun mendampingi Gubernur Riau Syamsuar saat meluncurkan gerakan menanam cabai di pekarangan oleh ASN di lingkungan Pemprov Riau dan masyarakat untuk memperkuat tanaman pangan. Gerakan ini juga sebagai upaya mengendalikan inflasi di Provinsi Riau.

Kegiatan ini digelar oleh Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Riau bekerja sama dengan Bank Indonesia Perwakilan Riau ini di lapangan sepakbola FKIP UNRI, Jalan Thamrin, Pekanbaru, Senin (29/8/2022).

Pada saat itu, jumlah bibit yang dibagikan sekitar 65.000 bibit cabai dalam polybag. Sebanyak 30.000 polybag diserahkan kepada kelompok tani binaan Bank Indonesia, 20.000 polybag diserahkan kepada ASN Pemprov Riau, dan 15.000 polybag untuk Kelompok Wanita Tani (KWT) dan masyarakat di Pekanbaru, Dumai dan Indragiri Hilir.

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Riau Syahfalefi saat itu menyebutkan, kebutuhan cabai merah untuk Provinsi Riau sekitar 29.193 ton dengan tingkat konsumsi 4,53 kg per kapita per tahun.

Produksi tahun 2021 sekitar 14,097 ton dengan luas panen 1.555 hektare dengan rata-rata produktivitas 8,4 ton per hektare. Maka, terdapat kekurangan sebesar 15.096 ton atau 51,71 persen.

"Kekurangan inilah yang selama ini dipenuhi dari provinsi tetangga seperti Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Namun apa yang terjadi pada saat ini dari daerah penghasil cabai utama juga diterpa oleh tingkat inflasi yang lebih tinggi dari Provinsi Riau," jelas Muflihun.

Inflasi terjadi karena adanya kegagalan panen disebabkan oleh kondisi iklim yang tidak stabil dan juga tingginya biaya produksi sebagai dampak dari kenaikan sarana produksi. Kenaikan harga pupuk dan besarnya disparitas harga antara produsen dengan konsumen yang diterima oleh pelaku pasar juga menjadi penyebab harga cabai tinggi. 

Berdasarkan arahan Gubri Syamsuar setelah rapat dengan Presiden Joko Widodo, pemerintah daerah di Riau harus bekerja sama dalam mengendalikan inflasi. Untuk itu, masyarakat Pekanbaru diimbau mendukung gerakan menanam cabai dengan memanfaatkan pekarangan rumah. Dengan demikian, persediaan cabai tentu sangat bermanfaat menekan anggaran belanja kebutuhan rumah tangga.

"Seperti kata Pak Gubri Syamsuar, kita harus siap dengan kondisi beberapa komoditas yang mahal di pasaran saat ini. Solusinya tentu, kita tanam sendiri. Setidaknya bisa menghemat belanja rumah tangga," ucap Muflihun. 

Pemko Pekanbaru akan membudidayakan cabai di setiap kecamatan. Minimal, persediaan cabai terbantu dengan kehadiran cabai lokal. 

Dengan begitu, harga cabai bisa lebih murah. Sehingga ke depannya, inflasi kembali rendah di Pekanbaru.

Data Lahan Tidur

Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Sekretariat Daerah Kota (Setdako) Pekanbaru Syoffaizal, Senin (5/9/2022), mengatakan, Pemko telah mulai melakukan pendataan terhadap lahan tidur di tiap kecamatan. Berdasarkan laporan dari sejumlah kecamatan, lahan tidur yang akan difungsikan sebagai sudah ada beberapa. Kecamatan Rumbai Timur ada 14 hektare, Tuah Madani 2 hektare, Payung Sekaki 1 hektare. 

Dengan menggalakkan penanaman cabai merah diharapkan inflasi yang kini di angka 7,01 persen bisa terus ditekan. Sebab, salah satu pemicu inflasi karena terjadinya kenaikan harga barang seperti cabai, bawang dan telur ayam.

"Jadi untuk menekan inflasi, Pj walikota mengajak warga menanam cabai. Dengan menanam sendiri, minimal kita bisa memenuhi kebutuhan harian sehingga bisa menekan inflasi," harap Syoffaizal.

Berdasarkan laporan Dinas Pertanian dan Perikanan (Distankan), kebutuhan cabai dan bawang merah di Kota Pekanbaru mencapai 140 ton per minggu. Jika ditanam sendiri, maka Pekanbaru butuh lahan seluas 160 hektare. 

Pemanfaatan lahan tidur telah memiliki dasar hukum berupa Peraturan Wali Kota (Perwako) Pekanbaru Nomor 213 Tahun 2020 tentang Pemanfaatan Lahan Tidur. Perwako ini nanti ada turunannya berupa surat keputusan (SK) Inventarisasi lahan tidur yang menjadi tugas Distankan. Pemanfaatan lahan tidur ini akan melibatkan camat dan lurah. (Advertorial).