Hari Kelima Bertahan di Bawah Flyover Pekanbaru, Satu Persatu Warga Koto Aman Bertumbangan

Hari Kelima Bertahan di Bawah Flyover Pekanbaru, Satu Persatu Warga Koto Aman Bertumbangan

9 Maret 2019
Warga Koto Aman yang bertahan di bawah Flyover Pekanbaru, Sabtu siang (Foto Riau1.com)

Warga Koto Aman yang bertahan di bawah Flyover Pekanbaru, Sabtu siang (Foto Riau1.com)

RIAU1.COM -Memasuki hari kelima, ratusan warga Desa Koto Aman Kabupaten Kampar - Riau masih bertahan hidup di bawah jembatan layang (Flyover) Jalan Jenderal Sudirman - Jalan Tuanku Tambusai, Pekanbaru. Mereka bertekad tak akan pulang, hingga tuntutan mereka digubris pemerintah.

Dengan kondisi tersebut, tak ayal satu persatu warga yang ikut dalam akso, mulai bertumbangan. Ada yang jatuh sakit karena kurang makan, ada juga yang kelelahan. Sebagian dibawa berobat, yang lainnya bersikeras bertahan bersama warga lainnya di bawah flyover.

Di bawah jembatan layang itu mereka hidup, mulai dari makan, tidur dan beristirahat. Debu jalanan sudah jadi 'makanan' sehari-sehari warga selama bertahan di flyover, yang berjarak tak sampai satu kilometer dari kantor Gubernur Riau nan megah dan menjulang.

"Ini masuk hari kelima kita bertahan di Pekanbaru. Belum ada satupun pejabat yang dapat memutuskan. Yang sakit sudah ada, kita hitung totalnya sudah tujuh orang. Mereka ada yang pingsan dan sakit magh karena kelaparan," kata koordinator lapangan, Dapson.

Dapson yang berbincang dengan Riau1.com pada Sabtu 9 Maret 2019 siang melanjutkan, mereka yang menginap di bawah flyover ini adalah sebagian warga Koto Aman, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa hingga lanjut usia (Lansia). Apa yang bisa dimakan, mereka konsumsi untuk mengganjal lapar.

Dapson yang mewakili masyarakat Koto Aman bertekad, akan bertahan sampai ada kepastian oleh pemerintah, terkait konflik agraria masyarakat setempat dengan PT SBAL. Demikian diyakinkannya. "Kami akan tetap di sini memperjuangkan hak, sampai persoalan selesai," tegas dia.

Bahkan Senin lusa, mereka akan kembali melakukan aksi, dengan lokasi di kantor Gubernur Riau. Tuntutannya masih sama, yakni memperjuangkan hak mereka atas lahan di desa Koto Aman. Mereka tak peduli meski di Pekanbaru hidup mereka terlunta-lunta, dan susah makan.

"Kami makan apa yang ada, kalau ada duit beli nasi bungkus, kita tidak ada donatur, murni masyarakat. Kami makan ubi yang ditumbuk dikeringkan, karena tidak ada uang. Kami pun akan bertahan di sini, karena kami tak mau lagi diberi janji-jani," pertegas Dapson.

Diakuinya, konflik agraria masyarakat Desa Koto Aman dengan PT SBAL sudah berlangsung lama, namun tak ada kepastian apapun. Dapson pun menantang pemerintah, untuk mengecek langsung kondisi desa mereka, di mana dikatakannya, lahan warga sudah dirampas perusahaan tersebut.

"Persoalan masyarakat Koto Aman jelas sekali, izin HGU PT SBAL hanya tiga desa, itu Koto Bangun, Koto Baru dan Sukamaju, tidak ada Koto Batak atau Koto Aman. Kenapa lahan mereka masuk ke wilayah kita. Lebih 2.000 hektar. Itu termasuk kawasan DAS. Kalau tidak percaya silahkan sama-sama cek ke lapangan," pungkasnya.