Firasat Hingga Kenangan Terakhir, Ini Cerita Keluarga Korban Tembok 'Maut' SD di Pekanbaru

Firasat Hingga Kenangan Terakhir, Ini Cerita Keluarga Korban Tembok 'Maut' SD di Pekanbaru

14 November 2018
Rumah duka, almarhumah Yanitra, korban tewas tertimpa runtuhan tembok pagar SD di Pekanbaru (Foto: Riandi/Riau1)

Rumah duka, almarhumah Yanitra, korban tewas tertimpa runtuhan tembok pagar SD di Pekanbaru (Foto: Riandi/Riau1)

RIAU1.COM -Suasana duka menyelimuti kediaman Yanitra Octavizola, pelajar SMAN 14 Kota Pekanbaru, Riau yang meninggal dunia dalam peristiwa rubuhnya tembok SD 141 di Jalan Tengku Bey, Bukit Raya, Rabu (14/11/2018) pagi tadi.

Yanitra yang tak lain anak dari pasangan suami istri Jon Kenedi dan Erlina ini meninggal dunia setelah menderita luka parah usai tertimpa material pagar tembok SD 141 yang rubuh. Pihak keluarga pun tampak terpukul atas kejadian itu.

Tiada yang mengira, Yanitra yang berangkat sekolah pagi tadi ternyata menjadi hari terakhirnya. Korban yang mengendarai sepeda motor membonceng adiknya Rasyad (11) tertimpa pagar tembok. Sang adik menderita luka-luka.

Kakek dari almarhumah bernama Juri (70) saat berbincang dengan Riau1.com mengatakan, bahwa ia sempat mendapat firasat sebelum kejadian yang menimpa cucunya tersebut.

"Jadi kemarin itu, mata sebelah kanan itu berkedip-kedip (Kedutan) terus, dalam hati ini saya bilang, ini kenapa berkedip terus, mau ada apa," ia berkisah.

Datuk Juri sapaan akrabnya, menceritakan bahwa ia dan cucunya itu sangat dekat, bahkan Yunitra memanggil dirinya bapak, bukan kakek lagi.

Sebelum almarhumah meninggal, cucunya tersebut sempat meminta sejumlah uang kepada dirinya, dan ia pun memberikan uang tersebut kepada almarhumah.

Namun, ia tidak menyangka bahwa permintaan cucunya itu menjadi permintaan yang terakhir kepada dirinya.

"Tidak menyangka, kalau itu jadi permintaan terakhir, jika waktu itu tidak saya kasih, mungkin saya akan menyesal sekali," katanya.

Almarhumah Yanitra Octavizola, beberapa hari yang lalu memakai mobilnya untuk pergi ke taman Kota bersama ayah dan ibunya serta ketiga orang adiknya. Namun waktu itu Juri tidak ikut bersama dengan cucunya tersebut.

"Kemaren itu dia minta ke taman kota, ya udah pergilah mereka ke taman kota dan saya kasih uang waktu itu," tambahnya lagi.

Ia merasa terpukul dan sangat kehilangan atas kepergian cucunya, bahkan ia merasa tak percaya saat mendapatkan kabar tetang kejadian nahas, yang menimpa cucunya pagi tadi. 

"Tak menyangka, padahal baru kemarin dia saya kasih uang. Terus dia bilang mau ke taman kota, rupanya itu akan jadi  kenangan terakhir dengan cucuku itu," pungkasnya seraya berlinang air mata.


Penulis: Riandi