Kepala SMK Muhammadiyah 3 Pekanbaru Diperiksa Secara Internal Terkait Dugaan Korupsi Dana BOS

Kepala SMK Muhammadiyah 3 Pekanbaru Diperiksa Secara Internal Terkait Dugaan Korupsi Dana BOS

15 Juli 2019
Beberapa siswi ikut dalam aksi unjuk rasa menuntut Kepala SMK Muhammadiyah 3 Pekanbaru dicopot, Senin (15/7/2019). Foto: Surya/Riau1.

Beberapa siswi ikut dalam aksi unjuk rasa menuntut Kepala SMK Muhammadiyah 3 Pekanbaru dicopot, Senin (15/7/2019). Foto: Surya/Riau1.

RIAU1.COM -Kepala SMK Muhammadiyah 3 Pekanbaru Alisman akan dimintai klarifikasi terkait pengancaman terhadap para siswa. Mengenai dugaan korupsi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Alisman sudah diperiksa pimpinan Muhammadiyah Kota Pekanbaru.

"Mengenai ada pengancaman kepala sekolah kepada siswa, memang ada siswa yang menyampaikan itu merasa ada ancaman. Tetapi nanti akan diklarifikasi oleh pimpinan Muhammadiyah, apakah betul kepala sekolah ada ancam-mengancam seperti itu," kata Kepala Tata Usaha SMK Muhammadiyah 3 Kota Pekanbaru Fikrizon, Senin (15/7/2019).

Mengenai tuntutan dari siswa tentang dugaan korupsi dana BOS, tim investigasi sudah dibentuk pimpinan Muhammadiyah. Laporan ti. investigasi sudah diserahkan ke pimpinan Muhammadiyah.

"Kebanyakan itu masalah norma. Kalau ada dugaan korupsi seperti yang dituduhkan, itu tidak terbukti," sebut Fikrizon.

Hal itu berdasarkan laporan tim investigasi. Diharapkan, kesalahan tersebut tidak terulang lagi.

Mengenai dua guru honorer yang diberhentikan, Fikrizon menjelaskan lebih jauh. Guru honorer pertama untuk membantu guru bidang studi PPKN. Karena sudah tahun ajaran baru, jadi guru tersebut tidak dipakai lagi. Kemudian, ada juga guru honor tidak dilanjutkan.

"Sehingga, pimpinan Muhammadiyah sudah mengambil sikap mengenai dua guru itu. Pak kepala sekolah juga sudah diperiksa. Hal ini juga sudah dilakukan investigasi oleh tim," papar Fikrizon.

Diberitakan sebelumnya, belasan siswa kelas XI dan XII SMK Muhammadiyah 3 Pekanbaru menggelar aksi unjuk rasa, Senin (15/7/2019) pagi. Mereka mengkritisi kebijakan kepala sekolah yang dinilai semena-mena, baik terhadap guru honor maupun para siswa.

Para siswa sempat bersitegang dengan pihak sekolah dan aparat keamanan yang kebetulan berada di sekolah. tersebut. Meski mundur beberapa langkah, mereka tetap melanjutkan aksi dengan memegang kertas karton yang berisi tulisan protes mereka terhadap kepala sekolah.

Muhammad Deo Rianda, salah seorang siswa kelas XI , di sela-sela aksi unjuk rasa, Senin (15/7/2019), mengatakan, dua guru honorer yang dikeluarkan agar dikembalikan mengajar. Dua guru tersebut adalah Gusrianto dan  Ahlul Alamsyah.

"Tolong turuti permintaan kami. Tidak jelas alasannya dua guru honorer itu dikeluarkan," ucapnya.

Pengeluaran dua guru ini dari SMK Muhammadiyah 3 dilakukan secara sepihak. Kepala sekolah dituding mengeluarkan dua guru honorer atas keputusannya sendiri.

"Dua orang itu saja yang dikeluarkan. Sebelum kepala sekolah turun, kami tidak akan membayar SPP," ancam Deo.

Diungkapkannya, ia sempat ditahan guru agar tidak menggelar aksi. Bahkan, salah seorang siswi yang pernah ikut aksi unjuk rasa sebelumnya diancam dikeluarkan dari sekolah.

Salah seorang teman kami diancam akan dikeluarkan dari sekolah bila ikut unjuk rasa ini kembali. Guru-guru lain sudah sering mengancam kami dikeluarkan dari sekolah," sebut Deo.