Tandan Kosong Kelapa Sawit di Rohul Melimpah Untuk Komposit

Tandan Kosong Kelapa Sawit di Rohul Melimpah Untuk Komposit

20 November 2020
Lukman Hakim Nasution

Lukman Hakim Nasution

RIAU1.COM - Bentuknya oval dan bermalai-malai, serta berserat kuat adalah karakteristik dari tandan kosong kelapa sawit. Tandan kosong kelapa sawit merupakan limbah utama industri pengolahan kelapa sawit, substitusi pupuk, dan dapat digunakan sebagai bahan baku untuk berbagai produk komposit. 

Didukung oleh Fitri Citra Murdani, 2017 yang menyatakan bahwa jika tandan kosong kelapa sawit dimanfaatkan, tentunya dapat menghasilkan fiber atau serat sebagai bahan baku produk komposit. 

Directorate General of Estate Crop Ministry of Agriculture Indonesia, mengungkapkan bahwa wilayah provinsi Riau memilik 2.400.876 hektar kebun kelapa sawit, dimana jumlah produksinya berkisar 8.059.846 ton.

Secara rinci, perkebunan rakyat 1.354.503 hektar dengan produksi 3.611.853 ton, perkebunan Negara 91.854 hektar dengan produksi sebesar 312.012 ton, dan perkebunan swasta 954.519 hektar dengan produksi sebesar 4.135.981 ton.

Sebagai contoh di kabupaten Rokan Hulu, menurut Central Bureau of Statistics Riau bahwa luas kebun kelapa sawit yang dimiliki berkisar 423.545 hektar, dan diperkirakan jumlah tersebut terus meningkat.

Dengan kisaran produksi tandan buah segar adalah 6.150.819 ton dan minyak kelapa sawit 989.041 ton. Bersumber dari 43 jumlah pabrik pengolahan kelapa sawit, dimana ada 22 unit yang beroperasi (Rekapitulasi Pabrik Kelapa Sawit Kabupaten Rokan Hulu, 2018).

Joko Prayitno Susanto, 2017 mengungkapkan bahwa jumlah tandan kosong kelapa sawit yang dihasilkan setiap ton berkisar 23% dari 35% hingga 40% jumlah tandan buah segar yang diolah. Sehingga ada 23% per ton produksi tandan buah segar yang termanfaatkan.

Loading...

Artinya berkisar 77% per ton tandan buah segar adalah tandan kosong dan belum dimanfaatkan secara menyeluruh oleh pabrik. Secara fisik, tandan kosong ini memiliki kadar air berkisar 60%, kadar minyak maksimum 2,5% , dan 23% hingga 35% adalah fiber atau serat (Erwinsyah, 2015).

Mengapa harus produk komposit?. Sesuai pernyataan dari Rowell, 1997 bahwa penggunaan bahan baku alternative dalam bentuk produk komposit sangat memungkinkan seiring dengan timbulnya issue lingkungan, perkembangan pengetahuan dan penguasaan ilmu serta teknologi yang semakin baik.

Jika suatu daerah memiliki sumber daya kelapa sawit, tentunya tandan kosong tersebut dapat diandalkan sebagai bahan baku industri komposit mobiler. Sentuhan teknologi ini tidak serumit yang dibayangkan, masyarakat mampu untuk menerapkannya, dan sebagai alternative usaha.

Ditulis oleh : DR.Lukman Hakim Nasution, MT
(Guru SMKN 1 Rambah dan Ketua Bidang SDA Rumah Kreatif Anak Negeri Rokan Hulu)