Ironi Beribadah di Negeri +62...

Ironi Beribadah di Negeri +62...

18 Mei 2020
ilutrasi sholat/net

ilutrasi sholat/net

RIAU1.COM -oleh Almi Fitri
* Jurnalis Utama

Beribadah, merupakan kata yang sangat akrab bagi diri kita sebagai umat manusia sejak kita kanak-kanak. Beribadah kepada sang pencipta sejak lahir sudah didegungkan para orang tua, agar anaknya menapak jalan yang benar saat hidup di dunia dan mendapat ganjaran setimpal di akhirat nanti.

Corona, sebuah virus yang belum ditemukan obat atau penawarnya, menjadi sumber kekacauan baik ekonomi maupun ibadah. Karena corona yang datang dari negeri Tiongkok ini, membuat masyarakat gaduh dan tidak puas atas kinerja pemerintahan yang saat ini berkuasa di Negeri+62...

Ketidak puasan ini banyak menghuni beranda-beranda media sosial, karena perekonomian yang semakin terpuruk, kehilangan pekerjaan yang mengancam periuk nasi, serta jembatan ke Surga yang diacak-acak oleh peraturan pemerintah yang tidak konsisten dalam menghadapi ancaman virus yang tidak terlihat ini.

Sunguh ironi kebijakan yang diterapkan oleh pemerintahan Jokowi. Dengan tegas mereka melarang umat islam untuk beribadah di masjid, namun sebaliknya tempat tempat umum dibiarkan ramai tanpa pengawasan ketat.

Bahkan seorang camat di Pekanbaru dengan kekuasaan dan beralasan peraturan Pemerintah Kota, mengeluarkan surat peringatan keras kepada pengurus masjid yang mengelar ibadah di tengah corona, namun mereka tidak berani memberikan peringatan kepada Mall yang dikunjungi banyak orang, tanpa takut terinfeksi dengan alasan perekonomian.

Padahal di Kampung saya yang terkenal dengan "Adat Bersandi Syarak, Syarak Bersandi Kitabullah" tempat ibadah atau surau adalah tempat berkumpul para niniak mamak dan alim ulama untuk berunding membicarakan kemakmuran kampung serta kesejahteraan kampung. Bagi para pemuda tempat ibadah adalah tempat untuk menuntut ilmu agama, adat dan beladiri.

Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas, mempertanyakan sikap pemerintah yang melarang penduduk berkumpul di masjid, tetapi tidak tegas melarang orang-orang yang berkumpul di bandara, tempat perbelanjaan hingga perkantoran saat pandemi virus corona (Covid-19).

Loading...

Anwar menilai perbedaan sikap tersebut justru menjadi ironi di situasi seperti saat ini. Sebab usaha untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona menjadi tidak maksimal.

pemerintah dengan aparat hukumnya dengan lantang mengunakan pengeras suara untuk mencegah umat untuk beribadah demi mencapai surganya, namun mereka diam saat melihat kerumunan manusia untuk memenuhi kebutuhan manusiawinya. Sebuah ironi Masyarakat Indonesia dalam beribadah ditengah Ramadhan yang menjanjikan pahala berlipat ganda.

Wajar MUI sebagai wadah umat Islam terbesar di Dunia ini mempertanyakan sikap mencla mencle pemerintahan Jokowi ini, bukanya tidak mau ikut berpartisipasi dalam mencegah penyebaran virus tersebut, MUI sudah dengan tegas melarang berkumpul di tempat ibadah, demi bangsa dan negara aman dari Corona. Namun sikap Jokowi dan anak buahnya membuyarkan harapan untuk segera mengakhiri wabah ini!

Menjelang Idul Fitri, dengan tradisi semua baru. Menjadikan pasar dan Mall tujuan masyarakat Indoensia untuk memenuhi kebutuhan manusiawinya, terlihat banyak Mall dan Pasar yang menjual pakaian baru ramai dikunjungi pembeli, tanpa mempedulikan Pembatasan Sosial yang sedang diterapkan di negeri +62...

Semoga Beribadah untuk akhirat ini segera dihilangkan dari ganguan syetan, dan masyarakat Indoensia segera bisa beribadah dengan tenang!!!