Kabut Asap Ekstrem Kembali Selimuti Palembang, Anak Sekolah Diliburkan

Kabut Asap Ekstrem Kembali Selimuti Palembang, Anak Sekolah Diliburkan

14 Oktober 2019
Tampak anak SMP pulang cepat karena kabut asap semakin tebal di Palembang, Senin.

Tampak anak SMP pulang cepat karena kabut asap semakin tebal di Palembang, Senin.

RIAU1.COM - Kabut asap ekstrem kembali menyelimuti Kota Palembang. Anak anak sekolah dipulangkan cepat dan diliburkan. 

Dinas Pendidikan Kota Palembang kembali meliburkan sekolah tingkat PAUD, TK, SD, dan SMP karena kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Kabut asap di Palembang pada Senin (14/10) memasuki kategori bahaya ekstrem.

Berdasarkan hasil pantauan di situs BMKG, mulai pukul 00.00, konsentrasi partikulat pm10 berada pada titik 443 mikrogram per meter kubik, meningkat hingga 664 mikrogram per meter kubik pada pukul 02.00.

 

Sempat menurun pada kategori tidak sehat pada pukul 06.00 dengan 259 mikrogram per meter kubik, kembali melonjak ke kondisi bahaya ekstrem pada pukul 09.00 dengan 835 mikrogram per meter kubik.

Kepala Bidang SMP Dinas Pendidikan kota Palembang Herman Wijaya beruja Wali Kota Palembang Harnojoyo telah meneken surat edaran untuk meliburkan sekolah pada 14-16 Oktober.



Ada sekitar 500 sekolah yang terkena kebijakan tersebut. Herman berkata tidak ingin kesehatan anak-anak sekolah terganggu akibat kabut asap.

"Kalau ke depannya masih dan semakin parah, libur sekolah akan diperpanjang," ujar dia, seperti dilansir CNN Indonesia, Senin, 14 Oktober 2019.

Untuk guru, tenaga pengajar, dan tenaga kependidikan lainnya diberlakukan jam kerja lebih cepat, yakni pukul 09.00-15.00.

Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Sumsel Widodo menuturkan pihaknya hanya memberikan edaran yang bersifat imbauan karena tidak seluruh wilayah di Sumsel terpapar kabut asap.

Saat ini pihaknya masih menunggu informasi dari Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan, serta BMKG untuk menetapkan siswa belajar di sekolah atau tidak.

"Biasanya imbauan bersifat situasional dan menyesuaikan dengan perkembangan di lapangan. Kalau sudah dinyatakan 'Tidak Sehat' maka Kepala sekolah segera menyesuaikan jam belajar atau menentukan siswa belajar di rumah jika kondisi sudah sangat membahayakan," kata dia.


Penanganan darurat di wilayah Sumatera Selatan masih terus dilakukan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mengerahkan tujuh helikopter untuk melakukan pengeboman air atau water bombing.

Air yang digunakan untuk pengeboman sudah mencapai 66 juta liter air, sedangkan operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) telah menggelontorkan sekitar 14 ribu garam (NaCl).

Operasi udara ini didukung juga personel darat gabungan mencapai lebih 8.000 personel.

Data BNPB per 14 Oktober 2019 pukul 09.00 WIB, jumlah titik panas mencapai 1.184. Pantauan titik panas berdasarkan citra satelit modis-catalog Lapan dalam 24 jam terakhir.

Dilihat dari sebaran titik panas di wilayah Sumatera, arah angin pada umumnya mengarah dari tenggara ke barat laut.

Arah sebaran asap di Sumatera Selatan menyebar ke arah barat laut.

 

"Terpantau titik panas berada di wilayah-wilayah, seperti Kabupaten Ogan Komering Ilir, Banyuasin, Musi Banyuasin," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo.


BMKG merilis citra sebaran asap pada hari ini tidak terdeteksi ada transboundary haze atau asap yang melewati batas negara.

Data tersebut diambil dari citra satelit Himawari pada hari ini (14/10). Dari citra satelit itu, terpantau persebaran asap di wilayah Sumatera dan Kalimantan.

R1 Hee.