Mengenal Peredaran Sastra Melayu Dikalangan Warga Keturunan Tionghoa Di Nusantara

Mengenal Peredaran Sastra Melayu Dikalangan Warga Keturunan Tionghoa Di Nusantara

17 Juli 2019
Ilustrasi Jejak Perkembangan Islam Tionghoa (Foto: Istimewa/Internet)

Ilustrasi Jejak Perkembangan Islam Tionghoa (Foto: Istimewa/Internet)

RIAU1.COM - Peraih Weirtheim award, Benny G. Santoso dalam tulisan yang berjudul "Tionghoa Dalam Pusaran Politik Mengungkap Fakta Sejarah Tersembunyi Orang Tionghoa Di Indonesia" menjelasakan bagaimana sejarah dimulainya perkembangan Sastra Melayu dikalangan warga keturunan Tionghoa di Tanah Air.

Tulisan tersebut kami kutip, Rabu, 17 Juli 2019. Perkembangan Sastra Melayu dimulai dengan peralihan aksara Jawi ke huruf latin.

Menurutnya, sejak abad ke-17 orang Tionghoa telah menjadi jurutulis dan jurubahasa dari Kesultanan Banten. Disaat itu juga, sekolompok warga Tionghoa bahkan sudah ada yang memeluk agama Islam, hidup dengan cara orang Jawa serta menguasai bahasanya.

Mereka mempelajari buku-buku asing, menolak makan babi dan membaur menjadi pribumi,"sehingga kehidupan sosial mereka terutama bidang informasi, hiburan, pendidikan, ilmu agama didorong untuk berusaha meningkatkan pendidikan terutama dalam hal baca dan tulis," imbuhnya.

Pada akhir abad ke-18, kelompok keturunan yang tinggal di Batavia berpendidikan tinggi hingga menyebar ke Pulau Jawa lainnya banyak menjadi pelanggan persewaan buku.

Hingga ke abad 19 sampai permulaan abad 20 muncul nama-nama penulis tersohor dari keturunan Tionghoa beragama Islam seperti Abdul Karim Tjiat dari Ambon, Intjie Ismael dari Tangerang dan lainnya.

Mereka menterjemahkan aksara Arab ke Jawi kepada keluarga yang tidak dapat membaca aksara Jawi. Berjalannya waktu, perkembangan dunia tulis menulis mulai berubah pada tahun 1880.

Loading...

Dengan bantuan orang Belanda, percetakan huruf latin menyingkirkan aksara Jawi. Tanpa kesulitan, warga keturunan Tionghoa mampu mengikuti perkembangan zaman dengan bekal daftar aksara Tionghoa.

Sejak itu, lahirlah tulisan bermutu seperti Tong Tjin Lion Basa Melajoe Of Tjin Sa tahun 1878. Penulisnya, Lim Tjay Tat menyatakan bahwa naskah asli buku ini berbahasa Tionghoa kemudian ditambahkan huruf latin dan Melayu.

Sejak saat itu, buku berbahasa Melayu Tionghoa mulai diterbitkan. Terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Buku terjemahan yang cukup populer saat itu salah satu diantaranya adalah Tjerita Dahoeloe Kala Di Negri Tjina Terpoengoet Dari Tjerita Boekoe Menjanjikan Tjina.