Kisah Bripda Ameldo, Gali Embung Tertutup Belukar Demi Pasokan Air Padamkan Karhutla di Meranti

Kisah Bripda Ameldo, Gali Embung Tertutup Belukar Demi Pasokan Air Padamkan Karhutla di Meranti

4 Maret 2019
Bripda Ameldo Fahira, saat berjibaku dengan masuk ke dalam embung untuk membuka akses air sehingga dapat dipakai untuk memadamkan Karhutla yang terjadi (Foto: screenshoot video)

Bripda Ameldo Fahira, saat berjibaku dengan masuk ke dalam embung untuk membuka akses air sehingga dapat dipakai untuk memadamkan Karhutla yang terjadi (Foto: screenshoot video)

RIAU1.COM -Upaya pemadaman Kebakaran Lahan dan Hutan (Karhutla) di Riau terus dimaksimalkan. Cuaca kemarau dan tiupan angin kerap menyulitkan upaya petugas di lapangan. Mereka berlomba dengan waktu, mencegah kobaran api agar tidak meluas.

Belum lagi beratnya medan yang mesti dihadapi, terutama bagi Satgas darat. Tak jarang 'pejuang api' ini berpeluh keringat melawan terik matahari, menerobos semak belukar dan rawannya lahan gambut, untuk bisa sampai di lokasi titik api dan melakukan pemadaman.

Kemarau yang melanda Riau, membuat upaya pemadaman Karhutla menjadi tidak mudah. Bahkan tak sedikit daerah di pesisir Riau yang belum juga hujan hingga berminggu-minggu lamanya, sehingga lahan kering dan rawan kebakaran.

Beratnya perjuangan pemadaman Karhutla di Riau sudah jadi 'makanan' sehari-hari petugas di lapangan. Salah satunya, seperti yang dijalani Bripda Ameldo Fahira, anggota Polres Kepulauan Meranti, Riau. Ia dan rekan-rekan lainnya dari Polri, TNI, Manggala Agni, MPA serta BPBD setempat, harus bergerak cepat saat ada laporan Karhutla terjadi.

Tak banyak yang tahu perjuangan berat Satgas di lapangan, seperti contohnya yang dilakoni Bripda Ameldo. Ia dan yang personel lainnya tidak cuma berjibaku padamkan api yang membara, namun juga harus berjuang mencari pasokan air untuk pemadaman, mengingat medannya kering.

Perjuangan Ameldo ini sempat direkam dengan ponsel. Dalam video berdurasi 27 detik tersebut, anggota Polri ini tengah menggali embung yang kondisinya sudah tertutup semak belukar kering. Ia harus masuk ke dalam hingga pakaian dinasnya basah dan kotor, lalu menggali ulang embung agar air bisa dipakai untuk pemadaman.

"Saat itu anggota kita (Bripda Ameldo dan beberapa lainnya, red) sedang bertugas melakukan pemadaman di Desa Sokop, Pulau Rangsang. Itu hari Jumat lalu," ungkap Kapolres Kepulauan Meranti AKBP Laode Proyek saat berbincang dengan Riau1.com pada Senin 4 Maret 2019.

Loading...

Laode bercerita, untuk bisa sampai ke lokasi tersebut, personel mesti melewati medan yang berat, di mana setengah perjalanannya ditempuh dengan berjalan kaki, sambil membawa mesin pemadaman. "Lokasinya itu sangat sulit dilewati," tutur Kapolres Kepulauan Meranti.

Tak sedikit kendala terkadang ditemukan personel di lapangan, terutama soal pasokan air. Itu pula yang mendorong Bripda Ameldo memberanikan diri masuk ke dalam embung, menggali ulang agar sumber air terbuka dan bisa dipakai untuk menyiram lahan yang membara.

Ini jadi pekerjaan yang cukup beresiko, apalagi embung berada di tengah semak belukar. Bermodalkan tangan kosong, semak belukar itu dibersihkan, dan air yang awalnya tertutup bisa dipakai.

AKBP Laode memastikan, Karhutla yang terjadi di Sokop ini sudah teratasi. Api yang membakar lahan juga telah dipadamkan, dilanjutkan dengan proses pendinginan dengan menyemprotkan air di area tersebut. Tujuannya, agar api tidak menyala lagi. Sebab kontur gambut cukup rawan terjadi hal demikian, apalagi jika kondisinya kering.

"Saat ini kebakaran (Karhutla) di wilayah kita sudah Nihil. Yang di Sokop itu juga sudah padam kemarin," pungkas AKBP Laode Proyek.

Adapun pada pantauan citra satelit yang dilaporkan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pagi tadi, titik panas di Riau sudah jauh menurun. Bahkan hostpot dengan level confidence di atas 70 persen hanya ada satu titik.