Sejarah Hari Ini: April Mop, Pembantaian Etnis Muslim di Spanyol

Sejarah Hari Ini: April Mop, Pembantaian Etnis Muslim di Spanyol

1 April 2020
Ilustrasi (Foto: Istimewa/internet)

Ilustrasi (Foto: Istimewa/internet)

RIAU1.COM - Sejarah April mop atau The April Fool's Day tak terlepas dari perjalanan pahit umat Islam di Spanyol. Mereka dibantai dan dibakar hidup-hidup oleh tentara salib tanpa belas kasih.

Darah anak-anak, wanita hingga orang tua yang tak berdosa berserakan di jalanan dan menggenangi lautan di daerah Granada, Spanyol dinukil dari republika.co.id, Rabu 1 April 2020.

Pembantaian etnis muslim disana dimulai dengan lelucon yang mereka anggap sukses. Maka hingga saat ini April Mop dikenal dengan kegembiraan dan kepuasan lantaran dibolehkan untuk berbohong.

Cerita pilunya dimulai sejak dibebaskannya Islam pada abad ke-8 M oleh Panglima Thariq bin Ziyad. 

Spanyol pelan-pelan tumbuh menjadi satu negeri yang makmur dibawah kekuasaan Islam. Pasukan muslim terus melakukan pembebasan di negeri-negeri sekitar Spanyol menuju Perancis. 

Walau memiliki kekuatan yang sangat kuat, namun masih memberikan toleransi kepada suku Goth dan Navaro di daerah sebelah Barat Spanyol untuk memeluk agama lamanya.

Disanalah awal mulanya pembantaian etnis muslim tak berdosa itu terjadi. Mata-mata yang dikirim menemukan cara untuk menaklukkan penduduk muslim yang berkuasa saat itu dengan cara pelemahan iman dan budaya.

Dimulai dengan mengirimkan alkohol, rokok, wanita, hingga ulama palsu secara diam-diam ke Spanyol. Siasat itu berhasil memecah belah umat muslim hingga akhirnya banyak diantara mereka yang meninggalkan Islam. Bagi yang tidak bersedia bakal dibantai oleh tentara salib.

Satu per satu daerah di Spanyol jatuh. Termasuk Granada yang merupakan daerah terakhir yang penduduknya mayoritas muslim. Lantaran mereka enggan meninggalkan Islam dan lebih memilih berdiam di rumah, tentara salib membuat bualan dimana muslim Grenada yang masih tersisa bakal dilepaskan jika bersedia meninggalkan rumah lalu menuju pelabuhan untuk angkat kaki.

Penduduk ada yang percaya dan tidak. Bagi yang percaya, mereka mengemasi barang dan bergegas menuju pelabuhan. Ditengah perjalanan, kapal yang telah dipersiapkan dibakar pasukan salib. Termasuk rumah yang mereka tinggalkan. 

Sementara warga yang tak percaya dan memilih berdiam di rumah, dengan sangat keji mereka bakar hidup-hidup. Sisanya dibantai saat itu juga.