Otoritas Sri Lanka Tangkap Seorang Cendekiawan Arab Saudi Terkait Bom Bunuh Diri

Otoritas Sri Lanka Tangkap Seorang Cendekiawan Arab Saudi Terkait Bom Bunuh Diri

12 Mei 2019
Seorang petugas keamanan Sri Lanka sedsng berjaga di salah satu gereja. Foto: Reuters.

Seorang petugas keamanan Sri Lanka sedsng berjaga di salah satu gereja. Foto: Reuters.

RIAU1.COM -Otoritas Sri Lanka menangkap seorang cendekiawan Arab Saudi. Cendekiawan itu disebut mempunyai hubungan dengan pemimpin aksi bom bunuh diri Paskah, Zahran Hashim. 

Seperti dilansir Rueters dikutip dari Detik.com, Minggu (12/5/2019), cendekiawan tersebut bernama Mohamed Aliyar. Dia merupakan pendiri dari yayasan Centre for Islamic Guidance. Yayasan tersebut memiliki masjid, madrasah, dan perpustakaan di kota Kattankudy, tempat kelahiran Zahran.

"Informasi telah terungkap. Tersangka diciduk karena punya hubungan dekat dengan Zahran dan telah melakukan transaksi keuangan," kata polisi setempat dalam penyataannya.

Aliyar juga diduga terkait dengan pelatihan untuk kelompok teroris di kota Hmabantota. Lantas, kelompok tersebut melakukan serangan bom bunuh diri di hotel dan gereja. 

Juru bicara polisi menolak memberi tahu soal rincian tudingan yang diarahkan kepada Aliyar. Namun, pria berusia 60 tahun itu mendirikan Centre for Islamic Guidance tahun 1990, setahun usai Aliyar lulus dari Imam Muhammad ibn Saud Islamic University yang bertempat di Riyadh. 

Pendanaan yayasan tersebut disokong oleh donatur asal Saudi dan Kuwait. Lantas, sebelum Aliyar diciduk, tiga anggota dewan pusat mengatakan Zahran sebagai pembuat keonaran.

Loading...

Mereka khawatir dengan pandangan ekstrem yang dianutnya. Zahran terakhir kali mengunjungi perpustakaan sekitar 10 tahun lalu. Kendati demikian, mereka menyangkal jika ada buku-buku yang mengubah pandangan Zahran menjadi ekstrem. 

Sebelumnya, diketahui pemerintah Sri Lanka mengatakan Zahrah sebagai orang radikal yang memimpin serangan bom Paskah. Akibatnya, usai peristiwa ini Sri Lanka menerapkan aturan ketat terhadap sejumlah masjid agar bisa menekan penyebaran kelompok ekstrimis. 

Setidaknya, 258 orang tewas dalam peristiwa bom bunuh diri ini. Kementerian Urusan Agama dan Kebudayaan Muslim Sri Lanka menegaskan, masjid dilarang dipakai untuk aktivitas yang bertujuan meradikalisasi jamaah. Pengurus masjid setempat, juga diminta untuk menyerahkan salinan khotbah sebelum disampaikan kepada jemaah.