Meski Ada Larangan Ekspor Bijih Mineral, Indonesia Akan Memiliki Empat Pabrik Peleburan Baru Tahun Ini

Meski Ada Larangan Ekspor Bijih Mineral, Indonesia Akan Memiliki Empat Pabrik Peleburan Baru Tahun Ini

24 Januari 2020
Meski Ada Larangan Ekspor Bijih Mineral, Indonesia Akan Memiliki Empat Pabrik Peleburan Baru Tahun Ini

Meski Ada Larangan Ekspor Bijih Mineral, Indonesia Akan Memiliki Empat Pabrik Peleburan Baru Tahun Ini

RIAU1.COM - Pemerintah mengharapkan empat pabtik peleburan bijih mineral dengan kapasitas input tahunan gabungan 2,07 juta ton dan kapasitas output 200.923 ton untuk mulai beroperasi tahun ini.

Seorang pejabat Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengatakan kepada wartawan pada hari Kamis bahwa pabrik peleburan akan menghasilkan feronikel, nikel pig iron, timbal, dan ferromangan. Output produksi tahunan mereka masing-masing adalah 64.655 ton, 72.965 ton, 22.924 ton dan 40.379 ton.

“Pemerintah menjaga proyek-proyek ini. Intinya adalah menyelesaikannya, ”kata direktur pengembangan bisnis mineral kementerian Yunus Saefulhak di Jakarta.

Di antara smelter yang akan datang, yang terbesar dengan output adalah penambang diversifikasi yang terdaftar di publik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Smelter, yang terakhir bernilai US $ 1,6 miliar, akan menghasilkan 64.655 ton feronikel setiap tahun.

Keempat proyek menambah daftar 29 smelter yang diharapkan akan beroperasi pada tahun 2022, yaitu ketika Indonesia akan melarang semua ekspor bijih mineral dan, dengan demikian, memerlukan industri pertambangan hilir yang cukup besar untuk menyerap kelebihan pasokan domestik. Negara ini terutama mempercepat pengembangan smelter nikel karena merupakan satu-satunya logam yang larangan ekspornya dimulai tahun ini.

Yunus mengatakan beberapa penambang nikel sedang “mengangkut bijih di batuan dasar” untuk cadangan pasokan sambil menunggu smelter lokal mulai beroperasi.

Dia menambahkan bahwa ada smelter kelima yang diharapkan akan online pada bulan Juni, yaitu smelter nikel PT Elit Kharisma Utama (EKU) di Banten. Namun, smelter EKU, yang dapat memproduksi 97.458 ton besi kasar nikel setiap tahun, hanya akan mulai beroperasi dengan setengah kapasitas tahun ini.

 

 

 

R1/DEVI