Sangat Ironis, Batam Gagal Jadi Harapan Saingi Singapura dan Malaysia

Sangat Ironis, Batam Gagal Jadi Harapan Saingi Singapura dan Malaysia

15 Agustus 2019
Industri galangan kapal di Batam, Provinsi Kepulauan Riau, yang terlihat dari atas.

Industri galangan kapal di Batam, Provinsi Kepulauan Riau, yang terlihat dari atas.

RIAU1.COM - Batam dahulu jadi kebanggaan untuk dunia industri yang akan menyaingi Singapura dan Malaysia. 

Daerah ini sangat potensial secara bisnis dan strategis. 

Namun kini Keberadaan Batam yang diharapkan menjadi kawasan ekonomi menandingi Singapura menuai rintangan.

Sejumlah perusahaan di wilayah itu dikabarkan mengurangi produksi mereka.

Persoalan tersebut kemudian melebar hingga menyeret sektor tenaga kerja ke dalam ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK).

Ekonomi yang melambat dan minimnya investasi baru dinilai memengaruhi kondisi di Batam saat ini.

 

Seperti dilansir dari CNBC Indonesia, Kamis, 15 Agustus 2019, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal memberi contoh salah satu perusahaan galangan kapal di Tanjunguncang yang telah kembali ke negara asalnya, Dubai, Uni Emirat Arab. 


"Di Batam, tadinya diharapkan Pelabuhan Batam Center, di Tanjunguncang, menjadi pelabuhan bebas seperti sekelas Singapura, kan nggak juga. Misalnya menaruh kontainer. Kapasitas loading kontainer kan terbatas Batam. Apalagi pindahnya galangan kapal di Tanjunguncang ke Dubai," kata Said Iqbal baru baru ini. 

Loading...


Menurut dia, Batam sebenarnya mampu menarik investor agar membangun pabrik di Tanah Air. Namun, kondisi saat ini, menurut Iqbal justru jalan di tempat. Ia membandingkan perbedaan tersebut dengan negara tetangga Vietnam dan Malaysia.

"Vietnam sektor manufakturnya tumbuh 5 persen. Di Malaysia, ada Johor. Seharusnya Batam bisa karena aksesnya ke Singapura lebih dekat," kata Said Iqbal.

Berdasarkan catatan BPS, pertumbuhan industri manufaktur di Kepulauan Riau, dalam tren melambat dalam setahun terakhir.

 

Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) Provinsi Kepulauan Riau triwulan III-2018 sempat tumbuh positif 5,64% dibandingkan triwulan II-2018.

Namun, pada triwulan IV-2018 melambat menjadi 3,79 persen dibandingkan triwulan III-2018. Lalu pada triwulan I-2019 mengalami kontraksi perlambatan sampai 2,64% dibandingkan triwulan IV-2018. 

Titik nadir terjadi, pada triwulan II-2019, sektor ini hanya tumbuh positif sebesar 2,55% dibandingkan triwulan I-2019. Di provinsi Kepulauan Riau, kontribusi industri manufaktur mencapai 36,86% terhadap produk domestik bruto (PDB).

R1/Hee