Janda Pengidap Kanker Payudara di Bengkalis, yang Kesulitan Ekonomi Mendapat Bantuan

Janda Pengidap Kanker Payudara di Bengkalis, yang Kesulitan Ekonomi Mendapat Bantuan

19 Januari 2021
Janda Pengidap Kanker Payudara di Bengkalis, yang Kesulitan Ekonomi Mendapat Bantuan/R24

Janda Pengidap Kanker Payudara di Bengkalis, yang Kesulitan Ekonomi Mendapat Bantuan/R24

RIAU1.COM -BENGKALIS - Seorang janda pengidap kangker payudara ganas, bermama Masiah (52), bertempat tinggal di salah satu rumah sewa gang senyum, jalan Kelapapati Laut, Desa Kelapapati, Kecamatan Bengkalis mulai merasa lega.

Pasalnya, setelah melalui pemberitaan disejumlah media, sejak Senin 18 Januari 2021 bantuan dari para dermawan mulai berdatangan, untuk membantu kesusahan Wasiah.

Wasiah sedang mengalami kangker payudara sudah berjalan 4 bulan. Janda dua orang anak ini ditengah kesulitan perekonomian keluarga dirinya juga sangat membutuhkan biaya sehari hari untuk makan.

"Saya sangat berterima kasih kepada para dermawan bapak dan ibu, yang telah sudi membantu saya. Terus terang saya secara pribadi tidak bisa membalas apa-apa atas ketulusan batuan yang diberikan kepada saya ini. Saya hanya bisa mendoakan semoga para dermawan dilipatkan gandakan rezeki oleh Allah SWT,"ungkap Wasiah kepada wartawan sambil menangis.

"Mudah-mudahan, dengan bantuan ini bisa segera kembali berangkat untuk berobat ke Kabupaten Kampar, bersama anak yang sudah putus sekolah di kelas 3 SD, Ayu (16). Sedangkan rumah ini biar ditunggu anak saya (Rindi) yang masih sekolah SMKN, karena sambil bekerja di salah satu rumah makan,"cerita Wasiah.

Informasi dirangkum media ini bahwa, berbagai donator mulai mengulurkan bantuan kepada Wasiah dari mulai sembako hingga sejumlah uang tunai, diantaranya dari pihak Kepolisian, Baznas, Anggota Dewan, Yayasan Aisiah, dan dari kelompok dinas pertanian, lainnya.



Masiah mengakui memang, untuk makam sehari-hari dari hasil anaknya yang bernama Rindi, meskipun masih sekolah, tapi anaknya tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan makan sehari hari.

"Kami tidak ada penghasilan lain sama sekali. Karena tidak ada uang untuk berobat di rumah sakit lantaran besar biayanya, maka dengan terpaksa berobat di alternatif di wilayah Kabupaten Kampar. Dan akan diulang lagi untuk berobat ke sana,"pungkasnya. (hari)